Adam (Ibrani: אָדָם; Arab: آدم, berarti tanah, manusia atau cokelat muda) adalah tokoh dari Kitab
Kejadian, Perjanjian Lama, Al-Quran dan Kitáb-i-Íqán. Menurut mitos penciptaan[1] dari agama-agama Abrahamik dia adalah manusia pertama
dan menurut agama samawi pula merekalah orang tua dari
semua manusia yang ada di dunia.
Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda antara agama Islam, Yahudi, Kristen maupun agama lain yang
berkembang dari ketiga agama Abrahamik ini.
Adam
menurut Islam
Ādam
hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130
tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam
beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.
Menurut
ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar,
yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan.
Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar
dengannya.
Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq,
dan Salamah, anak-anak Adam
adalah Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara
perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya,
Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan
saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara
perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara
perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.
Wujud Adam
Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula
ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang berbeda.
Sosok
Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan
makhluk purba. Ia berasal
dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi bisa sebagai makhluk asing dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan
cerdas, dari peradaban di bumi sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah
menunjuknya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Dalam
gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh
Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain
sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al
Israa' 70, yang berbunyi:
"...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan."
Dalam
surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya."
Menurut
riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh
Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah
Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang
punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali
berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut Charles
Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi
makhluk purba berpakaian seadanya.
Makhluk sebelum Adam
Mengenai
penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:
"...dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka
bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau
(Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana
dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih
dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
akan apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan
di bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat (ditunjuk)
Allah sebagai khalifah (pemimpin/pengganti/penerus)
di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang sebelumnya sudah ada makhluk
lain. Maka dengan kata lain adalah, Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di bumi.
Dalam
Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu
manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan jin memiliki tujuan penciptaan yang
sama oleh karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup
pada dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis
dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak
tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.
Dari
ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat
kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas.
Surah
Al Hijr ayat 27 berisi:
"...dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api
yang sangat panas."
Dari
ayat ini, Ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain
adalah jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang
dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah jin yang suka berbuat
kerusuhan."
Menurut
salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah
satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan
jin.
Penciptaan Adam
Setelah Allah menciptakan bumi, langit,
dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan
dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk
menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang
terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:
"Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Lalu
diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk
sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat
bergerak dan menjadi manusia yang sempurna.
Kesombongan Iblis
Saat
semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan
keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa jin yang membangkang dan enggan
mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih
mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam
hanyalah dari tanah dan lumpur.
Kebanggaan akan asal usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk
bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.
Disebabkan
oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari
barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat
yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak.
Iblis
dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk
diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat.
Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam
sehingga ia terusir dari surga.
Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk
meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup
menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.
Pengetahuan Adam
Allah
hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan
mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi,
maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama
benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan
mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang
diajarkan-Nya.
Adam
lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan
nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh
Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya
Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala
sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya
memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan
langsung oleh Allah saja.
Adam menghuni surga
Adam
diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke
Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya
nama, Hawa. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk
Adam sebelah kiri sewaktu dia masih tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah
berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak
lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."
Tipu daya Iblis
Sesuai
dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya,
Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai
dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah kepada
mereka.
Iblis
menipu mereka dengan mengatakan bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah
terlarang itu karena mereka akan hidup kekal seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan
itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka
terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka
melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan
mereka ke bumi. Allah berfirman:
"Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan."Al-Baqarah 2:36
Mendengar
firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan
Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar
karenanya. Mereka lalu bertaubat kepada Allah dan setelah taubat mereka
diterima, Allah berfirman:
"Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu,
maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."Al-Baqarah 2:38
Adam dan Hawa turun ke bumi
Adam
dan Hawa kemudian diturunkan ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang
berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga.
Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil
terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Menurut
kisah Adam diturunkan di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia.
Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah 40 hari berpisah.
Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena
menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[3] Di tempat ini ditemukan jejak
kaki Adam yang berukuran raksasa.
Kisah Qabil dan Habil
Di
bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan
pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan
kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat
anaknya dewasa, Adam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara
bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.
Namun
Qabil menolak karena Iqlima jauh lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian
menyerahkan persolan ini kepada Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam
untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih
jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di
antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang
dimilikinya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil lebih
berhak menentukan pilihannya. Qabil sangat kecewa melihat kenyataan itu. Ia
terpakasa menerima keputusan itu walau diam-diam hatinya tetap tidak mau
menerima. Maka berlangsunglah pernikahan itu, Qabil dengan Labunda dan Habil
dengan Iqlima.
Qabil
berusaha memendam rasa kecewa dan sakit hatinya selama beberapa tahun, tetapi
akhirnya ia tidak bisa menahan diri. Pada suatu hari Qabil mendatangi Habil
yang berada di peternakannya.
Iblis telah merasuki jiwanya.
Pada saat Habil lengah, Qabil memukulnya dengan batu besar, tepat di kepala
Habil. Habil pun mati. Sedang Qabil merasa kebingungan, ia tak tahu harus
diapakan mayat saudaranya itu. Ia berjalan kesana kemari sambil membawa jenasah
Habil. Ia merasa menyesal.
Allah
memberi petunjuk kepada Qabil melalui sepasang burung gagak. Sepasang
burung gagak yang hendak berbebut untuk mematuk mayat Habil. Kedua burung itu
bertarung sampai salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup lalu
menggali lubang dengan paruhnya, kemudian memasukkan gagak yang mati ke dalam
lubang itu dan menguburnya. Sesudah mengubur mayat Habil, Qabil masih merasa
sangat kebingungan. Ia tidak berani pulang, rasa berdosa telah membuatnya
ketakutan sendiri. Akhirnya Qabil melarikan diri menuju hutan.
Lukisan mural berjudul Penciptaan Adam karya Michelangelo di atap Kapel Sistine di Vatikan yang
menggambarkan peristiwa penciptaan Adam dan Hawa.
Usia dalam Alkitab
|
Usia dalam
Alkitab
|
||||
Nama
|
Umur (Masoret
|
Umur (LXX
|
Nama
|
Umur (Masoret
|
Umur (LXX
|
969
|
969
|
180
|
180
|
||
962
|
962
|
175
|
175
|
||
950
|
950
|
148
|
304
|
||
Adam
|
930
|
930
|
147
|
147
|
|
912
|
912
|
147?
|
147?
|
||
910
|
910
|
137
|
137
|
||
905
|
905
|
137
|
137
|
||
895
|
895
|
137
|
137
|
||
777
|
753
|
133
|
133
|
||
600
|
600
|
130+
|
130+
|
||
464
|
404
|
130+
|
130+
|
||
—
|
460
|
127
|
127
|
||
438
|
465
|
125+
|
125+
|
||
433
|
466
|
123
|
123
|
||
365
|
365
|
120+
|
120+
|
||
239
|
339
|
120
|
|||
239
|
339
|
110
|
110
|
||
230
|
330
|
110
|
110
|
||
210?
|
210?
|
-----------------------------------
|
Setelah diusir dari taman itu, Adam harus bekerja untuk
menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga orang putra yang disebut
dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set,
dan sejumlah putra dan putri yang tidak disebutkan jumlahnya. Kitab Yobel menyebutkan
dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan
Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan
bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka tidak disebutkan.
Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang
berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian diperintahkan
oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga menciptakan makhluk penolong,
yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di
Taman Eden dan berjalan bersama Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman
itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.Kisah tentang Adam terdapat, dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya
dapat ditemukan dalam kitab-kitab
apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.
Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia
930 tahun.[4] Dengan
angka-angka seperti itu, perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup
Agung Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar
127 tahun sebelum kelahiran Nuh,
sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup bersama Lamekh (ayah Nuh)
sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.
Menurut legenda, setelah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan
kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.
Adam
menurut Baha'i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar