Nabi Musa A.S

Nabi Musa A.S


















Untuk Nabi yang sama dari sudut pandang Agama Yahudi & Kristen, lihat Musa.
Musa adalah seorang rasul dan nabi pilihan Allah yang diutus menghadap kepada kaum Fir'aun, serta diutus membebaskan Bani Israel menghadapi penindasan bangsa Mesir.[1] Musa dikenal sebagai perantara dalam hal pengajaran agama dan pengampunan dosa untuk Bani Israel.[2] Musa bergelar Kalimullah (seseorang yang berbicara dengan Allah).[3] Musa merupakan figur yang paling sering disebut di Al-Quran, yakni sebanyak 136 kali serta termasuk golongan Ulul Azmi.
Musa dilahirkan di negeri Mesir sewaktu Bani Israel tinggal sebagai bangsa pendatang sejak zaman Nabi Yusuf. Imran dan Yukhabad merupakan kedua orang tua Musa yang berasal dari Suku Lawy. Musa merupakan adik kandung Nabi Harun dan Miryam.

Kelahiran

Sebelum Musa lahir, seluruh anggota keluarga Ya'qub tinggal sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir. Selama masa kekuasaan nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal Yusuf, oleh sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh Mesir lantaran Fir'aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta memecah belah rakyatnya melalui tindakan menindas kalangan yang dipandang lemah.[4]
Tatkala Fir'aun mendapati sebuah mimpi yang mengguncangkan; seorang ahli tafsir mimpi memahami makna mimpi tersebut sebagai pertanda buruk bagi kekuasaan Fir'aun; bahwa akan ada seorang anak laki-laki dari Bani Israel yang menjadi seorang laki-laki gagah perkasa yang kelak memimpin golongan pengikutnya melawan kekuasaan Mesir serta membawa berbagai kehancuran hebat di negeri Mesir; juga para pengikut orang tersebut akan mengangkut harta kekayaan yang berlimpah disertai bantuan kekuatan milik musuh Mesir lalu menumpas seluruh kaum pemuka di bangsa Mesir pula. Fir'aun beserta seluruh pemuka kaumnya merasa ketakutan bahwa penafsiran mimpi itu bermakna bahwa Bani Israel kelak bersekutu dengan musuh Mesir untuk menghancurkan negeri Mesir.[5] Pada saat bersamaan, jumlah lelaki di Bani Israel bertambah pesat sehingga kaum Fir'aun tidak bisa memperkirakan siapakah anak yang diramalkan itu. Maka diadakan sebuah perintah keji di Mesir bahwa seluruh anak laki-laki yang baru lahir harus dibunuh, sedangkan seluruh anak perempuan yang baru lahir boleh dibiarkan hidup.[6]
Namun terdapat seorang bangsawan di istana Fir'aun yang menyarankan supaya tidak berupaya melawan ketetapan tersebut melainkan tunduk menjadi pengikut orang Bani Israel tersebut, agar seisi istana Fir'aun tidak turut dilenyapkan. Walaupun demikian, Fir'aun justru berlaku sombong seraya sewenang-wenang mendakwakan diri sebagai dewa atas bangsa Mesir: "Haruskah dewa sehebat diriku tunduk berpasrah terhadap seorang manusia dari kalangan yang diperbudak oleh kaum kita sendiri?" kemudian Fir'aun membujuk para pengikutnya melaksanakan perintah keji ini.[7]
Mendengar kabar tentang perintah keji Fir'aun, Imran merasa sangat gelisah tentang keselamatan anak yang dikandung Yukhabad, istrinya. Kedua anak Imran; Harun dan Miryam, memberi tanggapan tentang kejadian ini; Miryam sebagai seorang nabiah, mendapati pertanda nubuat bahwa seorang anak laki-laki akan dilahirkan ibunya dan anak itu akan mengalami kejadian hebat dalam perairan, sehingga Miryam menyarankan supaya anak tersebut diletakkan ke sebuah perairan atau sungai oleh sebab Miryam meyakini akan ada keajaiban Allah yang akan menyelamatkan anak itu menghadapi air. Akan tetapi Imran merasa khawatir bahwa nubuat yang disampaikan oleh putrinya itu tidak terwujud.[8] Harun, yang juga merupakan seorang nabi, menyampaikan saran supaya sang ibu ditempatkan di tempat yang aman, supaya anak tersebut dapat dilahirkan dalam keadaan tenang sementara seluruh anggota keluarga yang lain berpuasa serta berdoa secara bersungguh-sungguh demi keselamatan anak tersebut kemudian berpasrah menyerahkan nasib anak tersebut kepada Allah, oleh sebab Harun meyakini bahwa Allah sanggup menghadirkan sesosok malaikat yang selalu menyertai anak tersebut supaya kembali di tengah-tengah mereka dalam keadaan selamat. Imran merasa tentram ketika mendengar ucapan bijaksana Harun, sehingga Imran menempatkan Yukhabad bersama Miryam di sebuah gua supaya berlindung hingga hari bersalin.
Setelah Yukhabad melahirkan seorang anak laki-laki; tepat sebagaimana pertanda yang telah diperoleh Miryam, ia merasa sangat bahagia sekaligus tak tega apabila harus menyerahkan putranya kepada kaum Fir'aun. Miryam merasa bergembira bahwa pertanda nubuat yang diperoleh merupakan kebenaran lalu Miryam bersegera memberitahu ayahnya dan Harun, supaya berdoa demi keselamatan anak laki-laki ini. Sementara itu, Yukhabad berada dalam kegelisahan antara menyerahkan sang putra kepada pemuka kaum Fir'aun atau menuruti anjuran Miryam untuk menempatkan sang anak ke dalam wilayah perairan, Yukhabad berdoa seraya menangis untuk menentukan nasib anaknya. Maka Allah mewahyukan kepada Yukhabad,[9] supaya menenangkan diri lalu meletakkan anak tersebut ke dalam sebuah tabut kemudian menempatkan tabut itu menuju sebuah sungai seraya mempercayakan nasib anak tersebut kepada Yang Maha Melindungi. Yukhabad menempatkan sang anak dalam sebuah tabut yang ia temukan lalu melepas tabut itu sambil berdoa supaya Allah selalu menjaga keselamatan anak tersebut agar kembali kepada keluarganya, seraya supaya kelak diperkenan sebagai hamba yang berbakti kepada Allah.
Yukhabad mengakui bukti kebenaran pertanda nubuat Miryam lalu menyuruh gadis itu mengikuti kemana tabut akan menepi.[10] Miryam pun mendapati dari kejauhan sewaktu istri Fir'aun sedang menarik tubuh adiknya dari perairan seraya wanita itu berkata "Musa, Musa." Miryam menduga hal ini merupakan pertanda buruk sehingga ia khawatir tentang keselamatan Musa. Miryam bersegera mendekat ke tengah kerumunan wanita yang hendak menyusui Musa, supaya memastikan apa yang akan terjadi pada sang adik. Tatkala Musa tidak mau menerima penyusuan dari siapapun; Miryam menyadari bahwa hal ini merupakan cara Allah untuk mengembalikan Musa ke ibu kandungnya, kemudian Miryam menawarkan bantuan supaya menghadirkan seorang wanita yang sanggup menyusui Musa. Ketika Yukhabad dipertemukan kembali dengan anaknya, perasaan sang ibu menjadi lega dan bersyukur bahwa Allah telah memenuhi janji tentang Musa; sehingga Yukhabad dapat mengasuh Musa, putra kandungnya.[11]

Kehidupan di Istana Mesir

Setelah beberapa waktu, Musa dijadikan sebagai anak angkat oleh istri Fir'aun serta Musa bergelar seorang pangeran negeri Mesir. Ia belajar di istana Mesir untuk mewarisi Ilmu-Ilmu khusus beserta Hikmah-Hikmah berharga yang ditinggalkan Nabi Yusuf, salah seorang putra Nabi Ya'qub, yang sebelumnya menjadi penguasa di negeri Mesir. Musa secara mudah menyerap berbagai Ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba pilihan Allah.[12] Musa tidak seperti para pemuka kaum Fir'aun yang tidak mengimani Allah sehingga kaum pemuka Fir'aun mengalami kesulitan untuk memahami peninggalan berharga ini. Mewarisi Hikmah-Hikmah Yusuf, sosok Musa yang masih muda memiliki kebijaksanaan mengungguli kaum tetua di Mesir.
Seisi istana Fir'aun merasa heran terhadap Musa yang sanggup menyingkapkan berbagai perkara rumit sebagaimana kemampuan istimewa nabi Yusuf, sehingga kaum Fir'aun mulai menduga bahwa Musa merupakan anak laki-laki yang pernah diramalkan. Akan tetapi salah seorang pemuka dalam kaum Fir'aun menyatakan bahwa perlu ada pembuktian tentang kebenaran dugaan ini. Pemuka itu menyuruh Musa supaya memilih antara bara api yang panas atau batu permata. Tatkala Musa memilih bara api, kaum Fir'aun meyakini bahwa Musa bukanlah orang yang diramalkan. Setelah itu, Musa tidak lagi dihadirkan di tengah-tengah para pemuka kaum Fir'aun sebab mereka merasa malu apabila Fir'aun yang telah mengaku dewa kemudian dipimpin oleh Musa, berbeda dengan Raja Mesir terdahulu yang bersedia dipimpin oleh Yusuf.

Melarikan diri dari negeri Mesir

Sebagai seorang yang berkedudukan di negeri Mesir, Musa berhak pergi kemanapun ia kehendaki di wilayah Mesir, termasuk ketika Musa mengunjungi wilayah Mesir yang ditempati Bani Israel. Ia merasa iba hati sewaktu melihat Bani Israel diperlakukan secara sewenang-wenang di negeri Mesir. Tatkala mendapati ada seorang Mesir memukul seorang dari kalangan Bani Israel, Musa segera mendekat dan mempertanyakan tindakan orang Mesir itu. Orang Mesir menjawab bahwa seluruh Bani Israel adalah kaum budak sehingga boleh diperlakukan sekehendak hati; seketika Musa membantah dengan menyatakan bahwa Bani Israel adalah golongan pewaris hamba-hamba pilihan Allah. Lalu orang Mesir itu menertawakan Musa seraya menantang sebuah bukti kebenaran hukuman Allah akibat pemukulan kepada seorang hamba Allah, jika benar bahwa Bani Israel memang golongan hamba Allah. Musa yang dipenuhi amarah memberi balasan setimpal untuk membela seorang dari kalangannya, sehingga Musa meninju orang Mesir yang tanpa diduga menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.[13]
Musa merasa bersalah karena telah menuruti hawa nafsu atas hal ini karena ia sebenarnya tidak memiliki niat membunuh orang Mesir.[14] Ia menguburkan orang Mesir itu lalu berlari sambil memohon pengampunan serta memohon perlindungan kepada Allah terhadap persoalan ini. Keesokan harinya Musa kembali mendapati dua orang berkelahi; keduanya sama-sama berasal dari Bani Israel. Musa menyalahkan kedua orang itu, namun salah seorang dari keduanya menyatakan telah mengetahui tindakan Musa sehari sebelumnya,[15] Musa pun merasa cemas dan berusaha mencari perlindungan. Tatkala seisi Istana Mesir mendengar kabar ini, mereka memperdebatkan tentang hukuman untuk Musa dalam beberapa waktu sehingga Allah menyelamatkan Musa menghadapi persoalan ini. Sewaktu ketetapan terhadap Musa telah diputuskan; salah seorang dari kalangan Musa yang mendengar keputusan ini segera berlari menjumpai Musa supaya dapat meluputkan diri terhadap hukuman kaum Fir'aun.[16]
Musa berdoa seraya memohon perlindungan terhadap kaum Fir'aun dalam kepergiannya.[17] Tatkala ia sampai di negeri Madyan, Musa mendapati dua orang perempuan sedang menggembalakan ternak. Ketika mengetahui bahwa mereka berdua sedang menunggu untuk memberi minum ternak, Musa membukakan sebuah sumur air sehingga ternak itu dapat minum. Tatkala Musa merasa letih akibat perjalanan meninggalkan Mesir, ia berdoa memohon pertolongan Allah.[18]Tak lama kemudian Musa mendapati seorang perempuan yang telah ia bantu; perempuan itu mendekat dan bertanya tentang diri Musa, Musa menyatakan bahwa ia datang dari Mesir, kemudian Musa diundang ke rumah ayah perempuan itu yakni Yitro; sebab sang ayah hendak memberi hadiah kepada orang yang membantu menggembalakan ternaknya.[19]
Tatkala Musa sampai di rumah sang ayah dari perempuan itu, Musa memperkenalkan diri dan menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Yitro menenangkan Musa seraya berkata "Jangan khawatir sebab kamu telah selamat menghadapi orang-orang zalim itu."[20] Mendapati kekuatan tubuh Musa dan pribadi yang terpercaya untuk menggembakan ternak; perempuan itu menyarankan kepada sang ayah supaya menjadikan Musa sebagai penggembala yang bekerja untuk keluarga mereka.[21] Yitro menyadari pula bahwa perempuan-perempuan tak seharusnya bekerja sebagai penggembala; maka Yitro berencana memberikan salah seorang putrinya untuk Musa, dengan syarat bekerja menggembalakan ternak selama delapan tahun, Yitro mengizinkan apabila Musa hendak menggenapi masa bekerja menjadi sepuluh tahun. Musa bersedia menyanggupi persyaratan ini,[22] dan ia berjanji kepada Yitro; kemudian Musa dinikahkan dengan anak perempuan Yitro. Selama tinggal di negeri Madyan, Musa memperoleh dua putra, yakni Girsom dan Eliezer.

Pengutusan ke negeri Mesir

Panggilan Ilahi kepada Musa

Tatkala telah menyelesaikan persyaratan yang disepakati dengan Yitro; Musa bersama keluarganya berangkat meninggalkan negeri Madyan. Pada sebuah malam, Musa berjalan sambil membawa sebuah tongkat lalu ia mendapati sebuah perapian di lereng Gunung Sinai, sedangkan anggota keluarga yang lain tidak mendapati apapun di lereng gunung itu. Musa meminta keluarganya berhenti sejenak dalam perjalanan supaya ia dapat memastikan keadaan api itu ataupun supaya ia dapat mengambil sesuluh api untuk penghangat tubuh.[23] Ketika Musa mencapai lereng itu, ia mendapati suara yang memanggil:[24] "Wahai Musa, sesungguhnya Akulah Tuhanmu Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Bahwa telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api itu,[25] maupun yang berada di sekitarnya; maka hendaklah kamu lepaskan kedua terompahmu itu;[26] sebab kamu berada di sebuah tempat yang kudus, Thuwa,[27] dan Akulah yang memilih dirimu untuk DiriKu;[28] maka hendaklah kamu memperhatikan hal-hal yang akan diwahyukan: Bahwasanya Akulah Allah, Tiada Tuhan selain Aku,[29] maka sembahlah Aku dan dirikan sembahyang untuk mengingat Aku.[30] Sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti akan terlaksana; Aku merahasiakan itu supaya tiap-tiap diri dibalas sesuai yang ia usahakan;[31] maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan mengenai perkara ini oleh orang yang tidak beriman maupun oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya sendiri, yang dapat menyebabkan dirimu ditimpa celaka."
Tatkala Musa tidak berani mendekat, Allah berfirman kepada Musa; "Apakah itu yang di tangan kananmu, wahai Musa?" Musa berkata: "Ini adalah tongkatku, aku bersandar padanya, dan aku menggugurkan dedaunan mempergunakan alat itu supaya dapat memberi makan ternakku, dan ada lagi kegunaan yang lain padanya."[32] Allah berfirman: "Lemparkan itu, wahai Musa!" tatkala tongkat itu dilemparkan, tiba-tiba benda itu menjelma sebagai seekor ular yang merayap secara gesit,[33] seketika Musa berbalik menjauh, Allah berfirman: "Peganglah itu dan jangan takut; sebab kamu termasuk orang-orang yang terlindungi, bahwasanya orang yang dijadikan Rasul tidak takut di hadapan Aku;[34] namun orang yang berlaku zalim kemudian kezaliman itu diganti dengan kebaikan, ketahuilah bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."[35] maka Allah mengembalikan ular itu menjadi keadaan semula. Allah memerintahkan Musa mendekapkan tangan ke dada niscaya tangan Musa tampak putih cemerlang tanpa celah,[36] sebagai dua mukjizat dari Allah, supaya Allah perlihatkan melalui diri Musa sebagian Bukti Kekuasaan yang luar biasa.[37]
Allah berfirman kepada Musa: "Menghadaplah kepada Firaun;[38] sebab ia telah bertindak sewenang-wenang, dan ucapkan: 'Bersediakah kamu untuk memurnikan diri supaya kamu kubimbing menuju Jalan Tuhanmu agar kamu takut terhadap Dia?' serta menghadaplah kepada kaum yang berlaku sewenang-wenang itu; kaum Fir'aun, mengapakah mereka tidak bertakwa?"
Walaupun Musa menerima perintah secara langsung dari Allah, bahkan ia diizinkan untuk mendengar Suara Allah secara nyata; Musa merendah diri seraya menyatakan belum dapat melupakan kesalahannya berkenaan dengan kematian seorang Mesir. Musa berkata: "Wahai Tuhanku sungguh aku pernah membunuh seorang manusia yang termasuk golongan mereka, maka aku khawatir mereka akan membunuh diriku;[39] dan sungguh aku khawatir mereka akan membantah diriku sehingga dadaku sempit dan ucapanku tidak lancar, maka utuslah Harun, saudaraku, ia lebih fasih ucapannya dibanding diriku; sehingga utuslah Harun mengiringi diriku sebagai rekanku untuk membantu diriku."[40] Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan membantu Musa serta saudaranya itu, dan Allah berikan kepada mereka berdua kekuasaan yang besar sehingga kaum Fir'aun tidak dapat berbuat apapun terhadap Musa dan Harun, supaya mereka berdua membawa berbagai mukjizat Allah, bahwa orang-orang yang mengikuti Musa merupakan kubu yang berjaya. Allah memerintahkan pula supaya Musa dan Harun tidak khawatir tatkala pergi dengan membawa mukjizat-mukjizat Allah; sebab Allah yang menyertai mereka berdua dan bahwasanya Allah Maha Mendengar doa hamba-hambaNya.[41]
Setelah menerima tugas pengutusan, Musa bersegera menyampaikan hal ini kepada keluarganya. Musa menjelaskan bahwa ia harus pergi ke Mesir untuk memenuhi sebuah perintah yang secara khusus Allah sampaikan kepada dirinya di Gunung Sinai. Mereka pun kembali ke rumah Yitro, dan berpamitan untuk berangkat ke Mesir. Musa mendapati Harun sewaktu sampai di wilayah negeri Mesir, Harun berbahagia sebab masih dapat berjumpa dengan Musa dalam keadaan selamat, sebab Harun mengkhawatirkan keadaan Musa sejak kepergian dari istana Mesir, Harun menyampaikan rasa kegelisahannya tentang kaum Fir'aun yang menindas Bani Israel. Walaupun demikian, Musa menentramkan kakaknya seraya menyampaikan kabar gembira bahwa Allah telah menyertai dirinya selama ia tinggal di negeri Madyan serta ia memperoleh dua putra darisana; terlebih lagi Allah telah memanggil ia untuk pengutusan menghadap kepada Fir'aun, Musa juga menyampaikan bahwa Allah telah mengabulkan permohonan agar Harun diperkenan sebagai rekan sewaktu menghadap kepada Fir'aun.[42]

Musa dan Harun menghadap kepada Fir'aun

Ketika hendak menghadap kepada Fir'aun, Musa memohon perlindungan kepada Allah, Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, lapangkan dadaku untuk diriku, dan mudahkan urusanku untuk diriku, dan lepaskan kekakuan lidahku supaya mereka mengerti ucapanku serta jadikan untuk diriku, seorang pengiring dari kalangan keluargaku yaitu Harun, saudaraku; teguhkan kekuatanku bersama dirinya dan teguhkan ia sebagai rekan dalam perjuanganku supaya kami banyak mengagungkan Engkau, dan banyak mengingat Engkau; sungguh Engkaulah Yang Maha Mengawasi kami."[43] Allah berfirman: "Sungguh telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa."[44] Allah berfirman kepada keduanya: "Janganlah kalian berdua khawatir, sesungguhnya Aku menyertai kalian, Akulah Yang Maha Mendengar dan Akulah Yang Maha Mengawasi. Berangkatlah kamu beserta saudaramu membawa berbagai mukjizatKu, dan janganlah kalian berdua melalaikan diri dalam mengingat Aku. Menghadaplah kalian berdua kepada Firaun, sungguh ia telah melampaui batas; lalu berbicaralah kepada Fir'aun melalui ucapan-ucapan yang lemah lembut, kiranya ia tersadar atau takut."[45]
Sewaktu Musa datang ke Istana Mesir, banyak bangsawan dari berbagai negeri hadir atas undangan Fir'aun. Ketika para penjaga istana melihat Musa, tangan dan kaki mereka tidak dapat bergerak sehingga Musa beserta Harun secara mudah menghadap kepada Fir'aun. Seisi istana Fir'aun merasa heran sewaktu ada tamu yang tidak bersujud kepada Fir'aun. Fir'aun berkata kepada keduanya: "Pada hari ini segala bangsawan di wilayahku hadir membawa banyak persembahan atas undanganku; supaya mereka bersujud menyembah dewa Mesir, yakni diriku, lalu siapakah kalian berdua yang berani menghadap kepada diriku tanpa merendah diri dan siapakah yang menyuruh kalian datang ke tempat ini dan apakah yang kalian bawa kepada diriku?" Musa berkata: "Wahai Fir'aun, Sesungguhnya kami berdua adalah Rasul Tuhanmu, merupakan kewajibanku untuk tidak mengatakan sesuatu tentang Allah, kecuali perkara yang benar; bahwasanya aku menghadap kepada dirimu dengan membawa berbagai bukti nyata dari Tuhanmu, maka serahkan hamba-hamba Allah bersama kami dan jangan menindas mereka; sungguh aku merupakan seorang Rasul yang terpercaya untuk dirimu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah, bahwasanya kami telah datang kepada dirimu dengan membawa berbagai Bukti dari Tuhanmu; maka kesejahteraan dilimpahkan untuk orang yang menuruti bimbingan; Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami berdua bahwa Malapetaka itu ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan dan yang berpaling."[46] Akan tetapi Fir'aun mendustakan seraya menyombongkan diri, serta berpaling seraya berusaha menantang.
Kaum Fir'aun menjawab: "Bukankah kami pernah mengasuh dirimu di tengah-tengah kami sewaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu pernah tinggal di tengah-tengah kami selama beberapa tahun dalam hidupmu dan kamu telah terlibat dalam suatu perkara yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna." Musa berkata: "Diriku telah melakukan tindakan itu, sewaktu aku termasuk orang-orang yang khilaf; namun Allah adalah Yang Maha Pengampun terhadap segala orang yang bertobat secara tulus maupun orang yang berbuat kebajikan;[47] lalu aku harus melarikan diri meninggalkan kalian ketika aku mencemaskan hukuman kalian, kemudian Tuhanku mengaruniakan Ilmu kepada diriku; serta Dialah yang menjadikan diriku termasuk golongan Rasul, bahwasanya hal ini adalah anugerah yang Allah berikan untuk diriku disebabkan kalian telah memperbudak Bani Israel,[48] akan tetapi Allah menyelamatkan diriku dan Dialah yang melindungi diriku supaya aku menghadap kepada kalian. Ketahuilah bahwa Bani Israel adalah hamba-hamba Allah,[49] oleh sebab itu bebaskan mereka, yakni orang-orang merdeka keturunan Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yakni para hamba milik Allah, Tuhan kami berdua."
Walaupun Fir'aun sebenarnya mempercayai ucapan Musa, namun rasa kesombongan merintangi akal sehat sehingga Fir'aun mengeraskan kalbu serta enggan untuk benar-benar mempercayai ucapan Musa,[50] Firaun berkata: "Lalu siapakah Tuhan kalian berdua, wahai Musa?" Musa berkata: "Tuhan kami berdua ialah Yang telah Menentukan rancangan pada tiap-tiap sesuatu,[51] kemudian Dialah yang memberinya petunjuk" Firaun berkata: "Dan bagaimanakah keadaan umat-umat terdahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu berada dalam sebuah Kitab pada sisi Tuhanku, Tuhan kami berdua takkan salah dan Dia takkan lupa,[52] Tuhan kami berdua adalah Tuhannya semesta alam." Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhannya semesta alam itu?" Musa menjawab: "Tuhan yang Menciptakan langit beserta bumi maupun yang ada antara keduanya." Fir'aun berkata kepada orang-orang di sekelilingnya: "Apakah kalian tidak mendengarkan?" Musa berkata kepada seisi istana itu: "Tuhan kalian maupun Tuhannya para leluhur kalian yang terdahulu." Fir'aun berkata kepada seisi istana: "Sesungguhnya Rasul yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila." Musa berkata: "Tuhannya Timur maupun Barat beserta yang berada antara keduanya, jika kalian memang mempunyai akal" Fir'aun berkata: "Sungguh apabila kamu menyembah dewa selain aku, pasti akan aku menjadikan dirimu sebagai orang yang hina."[53]Musa berkata: "Dan bagaimanakah jika aku tunjukkan Bukti yang nyata kepada dirimu?" Fir'aun berkata: "Buktikan hal yang nyata itu, jika kamu termasuk golongan yang benar." maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu menjelma sebagai seekor ular yang nyata, kemudian Musa menampakkan tangannya maka seketika itu pula tangannya menjadi putih bercahaya bagi orang-orang yang memandang.[54] Namun Fir'aun justru berkata: "ia adalah seorang ahli sihir yang mahir."[55]
Melihat kedua mukjizat ini, Fir'aun serta para pemuka kaumnya justru meremehkan Musa; para pemuka kaum Fir'aun turut berlaku congkak dan mengingkari Musa walaupun di dalam hati mereka beriman kepada Musa;[56] para pemuka kaum Fir'aun menyatakan bahwa kedua tindakan Musa merupakan sihir yang dibuat-buat,[57] Musa pun membantah: "Apakah kalian mengatakan terhadap Bukti Kebenaran sewaktu ia datang kepada kalian: "Bukankah ini sihir?" padahal ahli-ahli sihir tidaklah mendapat kemenangan."[58] Akan tetapi kaum Fir'aun tetap berdalih: "Apakah kalian berdua datang kepada kami untuk memalingkan kami dari segala yang kami dapati telah dikerjakan oleh kaum leluhur kami, bahkan kami belum pernah mendengar hal ini dari leluhur kami ataukah supaya kalian berdua mempunyai kedudukan di muka bumi? sungguh kami takkan mempercayai kalian berdua."[59] Harun menjawab: "Apakah kalian lebih mempercayai ucapan dari leluhur kalian yang telah mati dibanding Tuhan Yang Menghidupkan diri mereka maupun diri kalian? dan benarkah kalian merasa memiliki kedudukan di bumi?, Tidakkah kalian ingat bahwa tubuh kalian tidak ada sama sekali pada waktu langit dan bumi diciptakan? dan tidakkah tubuh kalian akan lenyap di muka bumi dalam keadaan serupa dengan tanah? maka bukankah Tuhan yang mengaruniakan kedudukan kepada orang yang Dia perkenan serta Dialah yang merenggut kedudukan itu dari orang yang Dia kehendaki."
Fir'aun dan para pemuka kaumnya tidak memperhatikan ucapan keduanya melainkan berlagak seraya meninggikan diri dan mereka congkak dengan hanya membandingkan kedudukan duniawi; kaum Fir'aun mengatakan: "Apakah kami percaya kepada dua orang manusia yang serupa diri kami juga, padahal kalangan mereka berdua merupakan orang-orang yang menghambakan diri terhadap kita?"[60] dengan demikian mereka berani menyombongkan diri terhadap perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui kedua RasulNya, Musa dan Harun. Musa menjawab: "Tuhanku lebih Mengetahui tentang orang yang patut membawa Bimbingan dari sisiNya, dan kelak kalian akan mengerti siapa yang akan memperoleh pencapaian di negeri Akhirat; bahwa sebenarnya Bani Israel merupakan hamba-hamba Allah sebab Allah adalah Pemilik mereka. Bahwa Allah hendak mengadakan Perjanjian kepada mereka sebagai umat yang istimewa, dan ketahuilah bahwa orang-orang yang berlaku sewenang-wenang takkan memperoleh kemenangan dan sungguh aku berlindung pada Tuhanku maupun Tuhan kalian, terhadap keinginan kalian merajam diriku; dan sekiranya kalian tidak beriman pada diriku maka biarkanlah aku."

Pertarungan melawan para ahli sihir

Seisi istana Mesir takjub terhadap dua mukjizat yang dihadirkan pada diri Musa, mereka pun merasa kesulitan untuk membantah bukti jelas di hadapan mata mereka sendiri. Pada akhirnya mereka menganggap bahwa Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang sedang mengadakan sihir supaya meruntuhkan kedudukan Fir'aun di negeri Mesir.[61] Firaun berkata: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami mempergunakan sihirmu itu, wahai Musa? dan kami pun pasti akan mendatangkan pula sihir semacam itu di hadapanmu maka adakan suatu waktu pertandingan antara kami melawan kamu, yang tidak akan kami salahi dan tidak pula kamu dicurangi, pertandingan itu bertempat di pusat negeri." Musa berkata: "Waktu untuk pertandingan melawan kalian ialah di sebuah hari raya, dan hendaklah banyak orang dikumpulkan pada waktu matahari terbit." lalu Firaun berpaling serta merencanakan tipu daya, kemudian ia datang.[62]Musa berkata kepada mereka: "Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, yang dapat menyebabkan Dia menumpas kalian melalui Malapetaka pedih. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kedustaan pasti ditimpa celaka." kaum Fir'aun berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan percakapan itu. Terdapat salah seorang tokoh bangsawan Mesir yang berusaha menyadarkan Fir'aun tentang azab Ilahi seraya mengingatkan tentang ajaran Yusuf semasa berkuasa di Mesir. Akan tetapi, Fir'aun justru meninggikan diri seraya menyatakan bahwa dirinya lebih benar dibanding Musa. Sewaktu mendapati penolakan dari Fir'aun, tokoh bangsawan tersebut berusaha menyadarkan kaum Fir'aun tentang kesia-siaan kehidupan duniawi serta menganjurkan mereka supaya beriman kepada Allah. Namun para pengikut Fir'aun justru mengajak supaya kafir terhadap Allah. Tatkala tokoh bangsawan tersebut berserah diri kepada Allah, Allah melindunginya terhadap berbagai azab yang melanda kaum Fir'aun.[63]
Tatkala pertandingan itu dilaksanakan, banyak orang hadir termasuk kalangan Bani Israel dan para bangsawan yang diundang oleh Fir'aun. Fir'aun bekata: "Pada hari ini semua orang akan mengakui siapakah yang lebih kuat, Rasul yang dihadirkan oleh Tuhannya Bani Israel ataukah para utusan yang dihadirkan oleh dewa Mesir, yakni diriku. semoga kita mengikuti kubu yang menang; sebab betapa terhormat kubu yang menang pada hari ini!" Tatkala ahli sihir itu datang kepada Fir'aun, mereka mengatakan: "Benarkah kami akan mendapat upah apabila kami yang menang?" Fir'aun menjawab: "Tentu saja, kalian pasti akan dijadikan golongan terhormat yang didekatkan." Ketika Musa muncul menghadapi orang-orang itu, para ahli sihir berkata: "Wahai Musa, kamukah yang hendak melempar terlebih dahulu, ataukah kami yang hendak melemparkan?" Musa menjawab: "Lemparkanlah!" Tatkala mereka melempar, tali-tali dan tongkat-tongkat mereka tampak seolah merayap cepat lantaran tipu daya sihir, sehingga mengelabui penglihatan banyak orang dan menjadikan mereka ketakutan, serta para ahli sihir itu menampakkan sihir yang menakjubkan.[64] Setelah itu, Allah berfirman kepada Musa: "Jangan takut, sungguh kamulah yang paling unggul dan lemparkan yang berada ada di tangan kananmu, niscaya itu akan menelan apa yang mereka tipu dayakan sebab yang mereka perbuat itu merupakan tipu daya tukang sihir." Para ahli sihir berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, kami benar-benar akan menang." Allah berfirman: "Dan tidak akan menang tukang-tukang sihir itu, bagaimanapun mereka bertindak" Musa berkata: "Apa yang kalian lakukan, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah yang akan menampakkan kelemahannya; sungguh Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya tindakan orang-orang yang mengadakan kekacauan dan Allah akan mengokohkan Kebenaran melalui KetetapanNya walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukai hal ini."[65] dan Allah wahyukan kepada Musa: "Lemparkan tongkatmu!" kemudian seketika tongkat itu menelan benda-benda yang mereka sihirkan, sehingga Kebenaran yang berjaya, sedangkan segala yang para ahli sihir usahakan menjadi sia-sia.[66]
Para ahli sihir tersebut takluk di tempat itu dan mereka menjadi orang-orang yang kalah; bahkan menundukkan diri seraya bersujud, mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhannya semesta alam, Tuhannya Musa maupun Harun."[67] Fir'aun berkata: "Apakah kalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? ini pasti adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini untuk menyesatkan seisi penduduknya melalui perkara demikian, sungguh ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. kelak kalian akan mengetahui bahwa aku akan memotong tangan beserta kaki kalian secara bersilang dan bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kejam dalam menyiksa."[68] Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhan, kami berpulang. kami takkan lebih mengutamakan kamu dibanding berbagai bukti nyata yang telah datang kepada kami maupun dibanding Tuhan yang telah menciptakan kami. maka putuskan perkara yang hendak kamu putuskan, bahwa kamu hanya dapat bertindak dalam kehidupan di dunia ini saja;[69] sungguh kami telah beriman kepada Tuhan kami, kiranya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami maupun sihir yang telah kamu paksakan supaya kami lakukan. Bahwasanya Allah adalah Yang Terbaik dan Yang Abadi. Sungguh barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa maka sungguh disediakan Neraka Jahanam untuk orang itu, kemudian orang itu tidak mati dan tidak hidup disana, sedangkan barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan beriman serta bersungguh-sungguh memperbuat berbagai kebajikan, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan terhormat; Surga 'Adn yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana selamanya.[70] Dan itulah balasan untuk orang yang murni dan kamu tidak menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami tatkala ayat-ayat itu datang kepada kami; sungguh kami sangat menginginkan kiranya Tuhan kami mengampuni berbagai kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang bersegera untuk beriman." Para ahli sihir itu berdoa: "Ya Tuhan kami, limpahkan kesabaran kepada kami dan wafatkan kami dalam keadaan berserah diri."

Berdakwah kepada Bani Israel

Mendapati kubu kaum Fir'aun takluk dalam pertarungan melawan Musa, banyak penduduk Mesir menghormati kedudukan Musa serta mengakui Musa sebagai Rasul Allah. Walaupun semula kaum Fir'aun berniat untuk merendahkan Musa dan supaya menyamakannya sebagai tukang sihir, mereka justru mendapati banyak orang meyakini bahwa Musa bukan seorang manusia biasa bahkan penduduk Mesir itu sendiri ketakutan untuk bertindak sesuatu terhadap Musa.[71] Tatkala Bani Israel merasa yakin bahwa Allah telah mengutus Musa untuk mereka, maka banyak orang dari Bani Israel yang meminta perlindungan kepada Musa menghadapi penindasan kaum Fir'aun; Musa pun menyatakan bahwa ia bukanlah yang sanggup dimintai pertolongan melainkan ia memerintahkan Bani Israel supaya memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Melindungi; serta Musa mengingatkan bahwa Bani Israel adalah kaum keturunan pewaris Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub; ketiga hamba yang dipilih Allah,[72] oleh sebab itu Bani Israel juga harus meneladani sikap Ibrahim yang setia dan bersedia mengorbankan banyak hal sekalipun nyawanya sendiri, demi membuktikan ketulusan pengabdiannya untuk Allah. Sehingga Bani Israel harus membuktikan diri sebagai orang-orang yang rela menyerahkan apapun untuk Allah serta supaya mereka teruji setia kepada Allah dalam segala keadaan. Sebagaimana Ibrahim memperoleh janji dari Allah bahwa seisi bumi diwariskan untuk kaum pewarisnya, yakni orang-orang yang bersedia menghamba kepada Allah.[73] Musa memberitahukan pula bahwa Bani Israel sebagai kaum keturunan Ibrahim akan memperoleh perjanjian abadi tentang berbagai karunia istimewa dari Allah. Musa juga memohon kepada Allah supaya menumpas para musuh Bani Israel dan Musa berdoa supaya kelak Bani Israel menjadi kaum penguasa dan kaum pewaris di muka bumi.[74]
Sebagian besar Bani Israel yang telah diperbudak bangsa Mesir, merasa tidak berani menyatakan sikap keimanan kepada Allah sehingga tiada yang terang-terangan menyatakan beriman kepada Musa selain para pemuda dari kalangan suku Lawy yang berada dalam keadaan khawatir bahwa Fir'aun beserta para pemuka kaum Fir'aun hendak menindas mereka juga,[75] sebab hanya suku ini yang tidak turut diperbudak di Mesir. Musa berkata: "Wahai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah maka hendaklah kalian menaruh kepercayaan kepada Dia saja, apabila kalian memang berserah diri."[76] lalu mereka berkata: "Kepada Allah, kami menaruh kepercayaan!", mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, jangan kiranya Engkau jadikan kami sasaran penindasan bagi golongan yang sewenang-wenang itu, dan selamatkan kami melalui anugerahMu menghadapi orang-orang kafir." Allah mewahyukan kepada Musa beserta Harun supaya mendirikan rumah-rumah di negeri Mesir sebagai tempat tinggal bagi kalangan mereka serta supaya menyediakan tempat-tempat shalat di rumah-rumah itu. Allah juga memerintahkan mereka mendirikan shalat serta menenangkan kegelisahan orang-orang beriman.[77]

Kesombongan Fir'aun beserta para pengikutnya

Fir'aun mendapati banyak orang yang tidak mau lagi menyembah dirinya. Terlebih lagi para pemuka dalam kaum Fir'aun juga menyampaikan kekhawatiran tentang Bani Israel yang mulai menolak bekerja sebagai budak seraya mengatakan bahwa tuan Bani Israel bukanlah orang-orang Mesir melainkan Allah, Tuhannya para leluhur mereka, serta mereka menyatakan bahwa Allah akan menghadirkan hukuman-hukuman pedih kepada orang-orang yang menyakiti hamba-hambaNya. Fir'aun berkeras diri seraya berkata: "Wahai kalangan pemuka kaumku, aku tidak mengetahui ada dewa bagi kalian selain diriku"[78] lalu Fir'aun memerintahkan Haman mendirikan bangunan yang tinggi supaya Fir'aun dapat naik sampai ke gerbang-gerbang langit untuk melihat Tuhannya Musa, sebab Flr'aun menganggap Musa termasuk golongan pendusta.[79] Fir'aun dan bala pasukannya berlaku angkuh di muka bumi dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Allah.
Dalam kesombongan diri, Fir'aun berseru kepada kaumnya: "Wahai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini milikku beserta sungai-sungai yang mengalir di bawahku maka apakah kalian tidak mengetahui? bukankah aku lebih baik dibanding orang hina dan hampir tidak dapat menjelaskan? mengapa tidak dipakaikan pada dirinya; gelang emas ataupun malaikat hadir bersama-sama dengan ia." maka Fir'aun berhasil membujuk kaumnya sebab mereka merupakan kaum yang fasik.[80]Kemudian Musa mengadu kepada Tuhannya: "Sesungguhnya kaum ini adalah kaum yang berdosa."
Dan Fir'aun berkata: "Biarkan aku yang membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sungguh aku khawatir ia akan mengganti agama kalian ataupun menimbulkan kekacauan di muka bumi."[81] Musa berkata: "Sungguh aku berlindung kepada Tuhanku maupun Tuhanmu terhadap segala orang congkak yang tidak beriman terhadap Hari Perhitungan." Musa dan Harun mengadu kepada Allah: "Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau telah memberi kepada Fir'aun serta para pemuka kaumnya; perhiasan maupun harta kekayaan duniawi. Wahai Tuhan kami, sungguh mereka telah menyimpang terhadap JalanMu. Wahai Tuhan kami, binasakan harta benda mereka, dan keraskan kalbu mereka sehingga mereka tidak beriman sampai ketika mereka ditimpa Malapetaka pedih."[82] Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenan pengaduan kalian berdua, oleh sebab itu tetaplah kalian berdua berada pada Jalan Lurus dan janganlah sekali-kali kalian mengikuti adat orang-orang yang tidak mengetahui."[83]
Demikianlah Fir'aun menganggap baik perbuatan keji itu; dan ia dihalangi untuk menerima Kebenaran; dan tindakan Fir'aun itu tidak lain hanyalah menimbulkan celaka. Maka ia mengumpulkan lalu memanggil kaumnya. Fir'aun berkata: "Akulah dewa kalian yang paling hebat."[84] Kemudian Allah menetapkan Ketetapan bahwa kaum Fir'aun termasuk golongan yang pantas dibinasakan; maka Allah meneguhkan Ketetapan untuk menumpas Fir'aun melalui Hukuman pedih di Akhirat maupun di dunia.[85]

Hukuman-Hukuman terhadap kaum Fir'aun

Akibat kaum Fir'aun menolak menuruti perintah-perintah Allah melalui Musa dan Harun; maupun menolak melepas golongan hamba Allah, yakni Bani Israel, maka Allah menimpakan berbagai hukuman bencana kepada bangsa Mesir melalui musim kemarau yang lama dan jumlah buah-buah yang sedikit supaya kaum Fir'aun tersadar atas kedurhakaan mereka;[86] kemudian Allah timpakan kesembilan bencana dahsyat melalui perantaraan Musa,[87] yang juga diketahui oleh Bani Israel. Allah menimpakan berbagai bencana yang semakin pedih kepada kaum Fir'aun; yakni berupa angin topan, wabah belalang, kutu, katak serta darah sebagai berbagai Bukti azab Ilahi namun kaum Fir'aun tetap menyombongkan diri.[88]
Sewaktu kaum Fir'aun ditimpa bencana; mereka tuduhkan penyebab bencana itu kepada Musa beserta orang-orang yang bersama dirinya.[89] Lalu mereka memohon seraya berjanji kepada Musa: "Wahai Musa, mohonkan untuk kami kepada Tuhanmu mempergunakan kenabian yang diakui Allah berada pada sisimu; sungguh jika kamu dapat menghilangkan bencana itu dari tengah-tengah kami, pasti kami akan beriman kepada dirimu dan kami akan melepaskan Bani Israel pergi bersama dirimu"[90] setelah Allah menghilangkan bencana itu terhadap kaum Fir'aun hingga batas waktu tertentu, tiba-tiba kaum tersebut justru melanggar janji mereka sendiri sambil mengatakan: "Ini adalah karena usaha kami sendiri"[91] kaum Fir'aun tetap berkeras diri serta enggan mengakui bahwa bencana-bencana itu berasal dari Ketetapan Allah. kaum Fir'aun berkata kepada Musa: "Bagaimanapun kamu mendatangkan berbagai Bukti kepada kami untuk menyihir kami mempergunakan bermacam-macam Bukti itu, sungguh kami takkan beriman kepada dirimu."[92] kaum Fir'aun tidak mempertimbangkan berbagai Bukti tersebut sebab mereka sewenang-wenang menyombongkan diri terhadap Allah sehingga sebuah Keputusan telah mutlak bagi Allah, bahwa kaum Fir'aun merupakan kaum takabur yang pantas untuk dibinasakan.[93]
Sewaktu Fir'aun telah merencanakan niat keji terhadap Bani Israel, ia pergi menemui Musa: "Sungguh aku menganggap dirimu, wahai Musa, sebagai seorang yang kena sihir."[94] Musa menjawab: "kamu sebenarnya telah memahami, bahwa tiada yang sanggup menghadirkan mukjizat-mukjizat maupun bencana-bencana itu selain Tuhan Yang Memelihara langit maupun bumi sebagai berbagai bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku menganggap dirimu, wahai Fir'aun, sebagai seorang yang akan binasa."[95] maka Allah melindungi Musa terhadap tindakan jahat mereka.[96] Musa merasa geram terhadap kaum Fir'aun serta ia memohon supaya Allah melenyapkan orang-orang yang mengupayakan hal keji kepada Bani Israel.
Kemudian Allah memerintahkan Bani israel melalui Musa supaya mereka beribadah secara bersungguh-sungguh pada malam tersebut sebab Allah hendak datang pada malam tersebut untuk menimpakan hukuman pedih kepada kaum Fir'aun.[97]

Hijrah dari negeri Mesir

Allah memerintah Musa supaya mengajak Bani Israel bergegas mempersiapkan perbekalan lalu meninggalkan negeri Mesir. Musa menyampaikan pula kepada Bani Israel agar mereka memuati perbekalan dari negeri Mesir serta mengambil segala barang yang diberikan oleh orang-orang Mesir sebagai upah atas segala pekerjaan mereka di negeri Mesir.[98] Orang-orang Mesir merasa ketakutan terhadap Bani Israel dan orang-orang Mesir menganggap harta benda tidak lagi berguna sejak kematian anak-anak sekaligus kaum pewaris bangsa Mesir. Setelah mendapati seluruh keturunan di istana Fir'aun telah mati, Fir'aun beserta para pemuka kaumnya meratap serta berkabung atas musibah ini.
Sementara Bani Israel mengambil banyak harta benda dan perhiasan di negeri Mesir, Musa mencari sebuah warisan berharga dari keluarga Ya'qub yang masih berada di tanah Mesir dan ia berhasil menemukannya, yakni jasad Yusuf yang telah lama disembunyikan oleh kaum pemuka bangsa Mesir. Sewaktu masih tinggal di istana Fir'aun; Musa mengetahui kabar bahwa kaum pemuka bangsa Mesir telah mengawetkan jasad Yusuf di sebuah tempat khusus. Oleh sebab Yusuf merupakan pewaris utama dari berkat Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub;[99] sehingga dimanapun jasad Yusuf berada maka Allah akan melimpahi kemakmuran di wilayah itu. Musa menyadari pula bahwa Allah telah menjanjikan Yusuf sebagai tanda penyelamatan untuk Bani Israel. Sebagaimana Allah telah memuliakan kedudukan Yusuf, yang bertujuan menyelamatkan keberlangsungan hidup seluruh keluarga Ya'qub melalui kedatangan mereka ke negeri Mesir; demikian halnya Allah akan berkenan menyelamatkan Bani Israel sewaktu meninggalkan negeri Mesir apabila umat itu bersedia menghargai jasa-jasa Yusuf, yakni melalui pengangkutan jasad putra kesayangan Israel ini berpulang menuju tanah airnya.

Pembelahan Laut Merah

Bani Israel meninggalkan negeri Mesir dalam keadaan terburu-buru sebab Allah telah memerintahkan supaya bergegas berangkat pada malam tersebut.[100] Bani Israel mengangkut banyak ternak serta muatan harta benda saat berangkat dari negeri Mesir. Allah juga menghadirkan sebuah naungan yang melindungi Bani Israel dalam keberangkatan ini. Sementara itu, ketika seisi istana Fir'aun sedang meratapi segala bencana yang telah melanda mereka; Fir'aun masih tetap berkeras diri dan berusaha menyesatkan kaumnya. Akibat menolak mengakui Bani Israel sebagai hamba-hamba Allah, Fir'aun maupun seluruh pengikutnya berikrar untuk melenyapkan mereka dari muka bumi. Akan tetapi kaum Fir'aun merasa sangat murka ketika mendapati tiada seorang pun dari Bani Israel masih berada di negeri Mesir; Fir'aun berkata: "Sesungguhnya mereka benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan kemurkaan kita dan sesungguhnya tentulah kita golongan yang selalu berjaga-jaga."[101]
Maka Fir'aun dan bala tentaranya menyiapkan kendaraan untuk mengejar Bani Israel dan hampir menyusuli mereka di pesisir Laut Merah sewaktu matahari terbit;[102] setelah kedua golongan itu dapat saling melihat, para pengikut Musa berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Musa menjawab: "Mustahil akan tersusul; sebab Tuhanku yang menyertai diriku; bahwa Dialah akan memberi petunjuk kepada diriku."[103] lalu Allah wahyukan kepada Musa: "Pukulah lautan itu mempergunakan tongkatmu!" seketika lautan itu terbelah dan tiap-tiap belahan laut menyerupai pegunungan besar kemudian Bani Israel segera melalui jalan kering di antara lautan yang terbelah itu; Bani Israel percaya bahwa Allah yang telah menghadirkan mukjizat yang bertujuan menyelamatkan mereka terhadap kejaran bala tentara Fir'aun.
Bala tentara Fir'aun turut menyaksikan salah satu keajaiban terbesar yang Allah karuniakan untuk Bani Israel; bala tentara ini berhenti seraya takjub terhadap kejadian ini. Namun kesombongan Fir'aun kembali memaksa dirinya untuk mengingkar, Fir'aun berkata: "Apakah kita datang ke tempat ini agar duduk dan menyaksikan Bani Israel pergi begitu saja, bukankah kita telah bersumpah supaya mencincang dan melenyapkan mereka dari muka bumi," seketika kaum Fir'aun segera bergegas ke jalan kering di tengah-tengah lautan itu. Sewaktu kaum Fir'aun berada di tengah-tengah tanah kering itu, tiba-tiba mereka merasa kelelahan dan tidak sanggup bergerak, maka Allah hantamkan kedua lautan itu untuk menenggelamkan serta menghancurkan tubuh bala tentara Fir'aun menjadi berkeping-keping. Ketika Fir'aun hampir tenggelam; ia berucap: "Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri."[104] Namun Allah menolak pernyataan ini sebab Fir'aun telah mendurhaka sejak dahulu tatkala berada dalam keadaan makmur;[105] serta Fir'aun termasuk orang-orang yang mengadakan kekacauan di muka bumi.[106] Pada hari itu Allah luputkan jasad Fir'aun dari hancur berkeping-keping supaya menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.[107]
Kaum Fir'aun dinaungi kutukan di dunia maupun kutukan di Akhirat,[108] bahwa pada hari kiamat Fir'aun akan memimpin kaumnya lalu melempar mereka sebagai golongan yang dicampakkan ke dalam Neraka oleh sebab kaum Fir'aun membantah serta menyombongkan diri terhadap segala perintah Allah maupun segala mukjizat Allah, serta akibat memandang rendah dua Rasul Allah, Musa dan Harun, bahkan kaum tersebut secara sewenang-wenang memperlakukan Bani Israel, umat milik Allah, maka Allah jadikan kaum Fir'aun sebagai kiasan dan contoh bagi generasi terkemudian.

Perjalanan menuju negeri warisan

Melalui penyelamatan Bani Israel terhadap bala tentara Fir'aun; Allah telah menggenapi Ketetapan yang baik untuk Bani Israel sebagai umat yang diselamatkan Allah oleh karena kesabaran mereka, dan telah Allah hancurkan segala yang telah dirancang maupun yang telah didirikan oleh kaum Fir'aun. Allah hendak memberi "negeri warisan" kepada kaum yang telah ditindas itu, bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Allah berkahi.[109]
Setelah Bani Israel berada di seberang lautan itu, mereka sampai kepada suatu kaum penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai Musa, dirikan untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka mempunyai beberapa dewa." Musa menjawab: "Sesungguhnya kalian ini adalah golongan yang tidak mengetahui, sebab mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianut oleh mereka sendiri dan akan sia-sia segala hal yang selalu mereka kerjakan."[110] lalu Musa berkata : "Patutkah aku mencari sembahan untuk kalian selain Allah, padahal Dialah yang telah mengistimewakan kalian melampaui semesta alam."[111]
Sewaktu jumlah perbekalan makanan semakin sedikit; Bani Israel sering mengeluh kepada Musa tentang yang akan mereka makan maupun yang akan mereka minum selama perjalanan. Kemudian Allah menurunkan hujan manna sebagai makanan khusus untuk umat ini,[112] serta Allah sediakan sumber minuman berupa aliran-aliran sungai melalui celah bebatuan.[113] Allah hendak menyadarkan Bani Israel supaya senantiasa mengingat seraya bersyukur sebab segala makanan berasal dari langit atas Kebaikan Allah, sebagaimana Allah yang telah mengaruniakan air yang menghujani bumi untuk kemudian menumbuhkan berbagai tanaman yang dimakan makhluk seisi bumi. Sebagai anugerah istimewa, Allah mengaruniakan makanan yang turun secara langsung dari langit untuk sebuah umat pilihan di semesta alam.[114] Allah juga menghadirkan naungan awan kemuliaan yang melindungi Bani Israel terhadap terik matahari maupun udara malam hari.[115]

Perjanjian Abadi antara Allah dengan Bani Israel

Setelah mengantarkan para pengikutnya menuju Gunung Sinai yang telah dijanjikan sebagai tempat mengadakan Perjanjian antara Allah dengan Bani Israel; Musa terlebih dahulu menghadap kepada Allah supaya mendapat perkenan Allah.[116] Kemudian Allah memerintahkan melalui Musa supaya Bani Israel menguduskan diri serta membersihkan diri selama beberapa hari sebelum mengadakan perjanjian kepada Allah. Pada Hari Perjanjian, terdapat segolongan orang yang masih meragukan kerasulan Musa; golongan tersebut berkata bahwa mereka tak akan beriman kepada Musa sebelum melihat Allah secara nyata.[117]
Kemudian Allah menghadirkan "KemuliaanNya" di atas Gunung Sinai seraya menyampaikan Suara Ilahi diiringi gemuruh petir dan kilat menyambar; Suara Ilahi tersebut berisi berbagai ikrar perintah kepada seluruh Bani Israel. Allah bahkan mengangkat Gunung Sinai diatas kepala seluruh Bani Israel supaya umat itu berikrar teguh untuk berpedoman terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah;[118] dengan harapan Bani Israel senantiasa mengingat segala perintah Allah sehingga mereka membuktikan diri sebagai hamba-hamba yang hanya tunduk kepada Allah. Perjanjian Allah ini tidak hanya berlaku kepada Bani Israel semata melainkan pula kepada seluruh umat manusia yang bersedia berserah diri dan menjadi milik Allah.[8]
Allah juga menobatkan dua belas orang pemimpin dalam Bani Israel. Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku menyertai kalian, sesungguhnya apabila kalian mendirikan shalat dan kalian menunaikan zakat serta beriman terhadap para RasulKu dan kalian bantu mereka juga kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosa kalian serta kelak Kuantarkan kalian ke dalam surga-surga yang dibawahnya dialiri sungai-sungai, akan tetapi barangsiapa yang mengingkari perkara ini sungguh orang itu telah menyimpang terhadap Jalan Lurus."[119]
Setelah Perjanjian ini; terdapat sebagian orang dalam Bani Israel yang memalingkan diri akibat orang-orang tersebut hanya memperhatikan petir maupun kilat yang menyambar pada waktu Perjanjian lalu mereka hendak melihat-lihat ke langit sehingga mengabaikan berbagai perintah Allah. Sementara itu, terdapat sebagian lain dari Bani Israel merasa sangat gentar seraya bersegera menemui Musa; mereka memohon Musa supaya Allah tidak lagi menyampaikan Suara Ilahi secara langsung sebab Suara Ilahi dapat mengguncangkan nyawa hingga meninggalkan tubuh orang tersebut.[8] Permohonan ini dikabulkan sehingga hanya Musa seorang yang dipanggil menemui Allah supaya Musa menerima Al-Kitab yang berisi segala perintah maupun segala ketetapan yang hendak Allah serahkan kepada Bani Israel.[120]

Musa menghadap kepada Allah

Sebelum pergi untuk menghadap kepada Allah, Musa berpesan kepada Harun, saudaranya : "Gantikan kedudukan diriku dalam kaumku, dan perbaikilah, serta jangan turuti perilaku orang-orang yang mengadakan kekacauan." Kemudian Musa harus melewati tingkat-tingkat langit hingga langit ketujuh sebelum menghadap kepada Allah. Setelah waktu tiga puluh malam, Allah penuhkan jumlah malam itu dengan sepuluh hari lain, hingga sempurnalah waktu yang telah ditentukan Allah yakni empat puluh malam.[121]
Tatkala Musa telah hadir untuk menghadap pada waktu yang telah ditetapkan dan Allah berbicara secara langsung dengan dirinya, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, nampakkan DiriMu kepada diriku supaya aku dapat melihat Engkau." Allah berfirman: "kamu takkan sanggup melihat Aku tetapi pandanglah ke arah bukit itu, sekiranya ia tetap berada di tempatnya niscaya kamu dapat melihat Aku." Tatkala Tuhannya menampakkan kepada gunung itu, Dia jadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa bangun tersadar, Musa berkata: "Dipermuliakanlah Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku merupakan orang yang bersegera beriman." Allah berfirman: "Wahai Musa, bahwa Akulah yang memilih dirimu dibanding seluruh manusia yang lain supaya kamu menerima risalahKu dan supaya kamu berbicara secara langsung dengan Aku, sebab itu berpedomanlah terhadap yang Aku serahkan kepada dirimu dan hendaklah kamu termasuk golongan yang bersyukur." dan telah Allah tuliskan untuk Musa pada loh-loh batu yang berisi tentang pelajaran serta penjelasan segala sesuatu.[122]
Allah berfirman: "Berpedomanlah kepada Kitab itu secara teguh dan suruhlah pula kaummu berpedoman sebaik mungkin kepada Kitab itu, kelak akan Aku antarkan dirimu menuju negeri-negeri kaum yang fasik. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar terhadap berbagai Bukti KekuasaanKu. Apabila orang-orang itu mengetahui tiap-tiap ayatKu, orang-orang itu tidak beriman terhadapnya; dan sewaktu orang-orang itu mendapati jalan yang membawa kepada petunjuk; orang-orang itu tidak mau menempuhnya. Sebaliknya sewaktu mereka melihat jalan kesesatan, justru mereka terus menempuhnya, yang demikian disebabkan orang-orang itu mendustakan ayat-ayat Allah dan orang-orang itu selalu melalaikan diri terhadap hal tersebut. Maka ketahuilah bahwa orang-orang yang menolak ayat-ayat Allah serta mendustakan tentang menemui Akhirat, kelak takkan berguna segala perbuatan mereka, orang-orang itu tidak diberi balasan selain hal-hal yang telah mereka kerjakan."[123] maka Allah telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayatNya: "Bebaskan kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka tentang Hari-Hari Allah." bahwa dalam hal demikian terdapat berbagai Bukti bagi setiap orang yang bersabar dan yang banyak bersyukur.[124]
Allah menyerahkan kepada Musa, Al-Kitab berisi penjelasan yang memisahkan kebenaran dan kesalahan; supaya umat Milik Allah harus mengerti kebenaran maupun kesalahan menurut Allah sehingga umat itu tidak memutuskan perkara berdasarkan sekehendak mereka sendiri melainkan berdasar apa yang dikehendaki Allah; sebagaimana Allah yang bersedia mengistimewakan Bani Israel sebagai umatNya dibanding segala bangsa lain di bumi bahkan melampaui semesta alam, demikian pula Bani Israel harus mengistimewakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan satu-satunya Penguasa mereka,[125] serta Bani Israel harus mengutamakan Allah dibanding apapun, agar Bani Israel mengikuti teladan Ibrahim yang benar-benar beriman dan benar-benar bersedia mengorbankan apapun sehingga umat ini layak bergelar sebagai golongan pewaris berkat Ibrahim. Al-Kitab yang diserahkan kepada Musa juga disebut sebagai "Kitab Musa" yang Allah jadikan sebagai Bimbingan untuk seluruh umat manusia yang berakal.[126]

Bani Israel setelah Kepergian Musa

Sewaktu Musa telah berangkat untuk menghadap kepada Allah, Bani Israel masih percaya bahwa Musa akan kembali kepada mereka sebagaimana terdapat dua tokoh terhormat di tengah-tengah mereka, Hur dan Harun, yang keduanya memerintahkan Bani Israel bersabar terhadap Ketetapan Allah. Akan tetapi kesabaran mereka mulai goyah sewaktu mendapati Musa tidak kunjung kembali. Oleh karena terdapat beberapa golongan yang mengabaikan perintah-perintah Allah sewaktu Perjanjian;[127] maka golongan-golongan itu menuntut kepada Hur supaya menghadirkan kembali Kemuliaan Allah, golongan itu tidak dapat bersabar untuk menunggu Musa dan menghendaki adanya patung dewa. Akan tetapi Hur berusaha menegur seraya memperingatkan ikrar bahwa tiada yang serupa dengan Allah, baik yang di langit maupun yang di bumi Allah serta berupaya menyadarkan tentang kesia-siaan patung dewa. Lalu terdapat orang-orang justru murka hingga Hur menjadi korban amarah mereka;[8] kemudian orang-orang itu menghadap seraya mengancam Harun: "Buatkan sebuah dewa supaya kami sembah atau kamu akan bernasib seperti orang ini!"[128] dalam keadan semacam ini, Harun terpaksa mengalah oleh karena ia tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri melainkan pula mengkhawatirkan betapa besar dosa yang akan ditanggung Bani Israel apabila dirinya benar-benar turut dibunuh oleh mereka. Harun juga khawatir apabila ia tidak segera mengambil keputusan maka Bani Israel akan saling berperang atau bahkan saling membunuh karena berada dalam keadaan berpecah belah.[129]
Harun mendirikan sebuah tempat pembakaran dan memerintahkan mereka melempar banyak perhiasan emas ke sebuah perapian; tatkala perapian itu memunculkan patung anak sapi emas bersuara; Samiri secara sewenang-wenang menyatakan bahwa patung tersebut dahulunya disembah Musa namun Musa lupa mengatakan hal demikian.[130] Kemudian banyak orang dari Bani Israel yang turut mengikuti upacara penyembahan patung anak sapi emas; orang-orang itu bernyanyi dengan suara lantang serta menari-nari sambil menyebut-nyebut anak sapi itu sebagai sembahan mereka. Seketika Harun berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian hanya diuji melalui anak sapi ini dan sesungguhnya Tuhanmu adalah Yang Maha Pengasih, maka turutilah aku dan taatilah perintahku" mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak sapi ini, hingga Musa kembali kepada kami." [131] Ketika terdapat orang-orang dari setiap suku Bani Israel yang mengikuti tindakan penyembahan patung anak sapi; hanya suku Lawy yang tetap setia kepada Allah sebab suku ini tidak terlibat dalam penyembahan patung anak sapi emas. Mereka menahan kegeraman dalam hati seraya mempertanyakan sikap penyembahan berhala yang dilakukan di tengah-tengah mereka.
Tatkala Musa pulang dari Gunung Sinai sambil membawa loh-loh batu setelah menghadap kepada Allah, ia mendengar sorak-sorai yang riuh dari kejauhan; Musa memahami bahwa ada perkara besar yang sedang terjadi di tengah-tengah umat ini. Musa sangat geram dan berduka cita ketika ia mendapati orang-orang dari Bani Israel yang sujud menyembah dan memuja-muja patung anak sapi emas. Musa membanting loh-loh batu yang ia telah bawa sebab Musa memahami bahwa Allah akan seketika menimpakan Hukuman pedih ke tengah-tengah Bani Israel apabila Musa menyampaikan loh yang berisi larangan penyembahan berhala sedangkan orang-orang itu sedang menyembah berhala. Lalu Musa menemui Harun yang telah diserahi kedudukan pemimpin Bani Israel untuk meminta pertanggungjawaban namun Harun menyatakan bahwa ia terpaksa membiarkan mereka akibat mereka berani mengancam untuk membunuh orang yang menghalangi kemauan mereka. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah diriku beserta saudaraku dan masukkan kami ke dalam rahmatMu, dan Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara segala penyayang.[132] Musa berkata kepada Samiri: "Apakah yang mendasari tindakanmu wahai Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui maka aku ambil segenggam dari peninggalan rasul lalu aku melemparkan itu, dan demikianlah kecenderungan diri membujuk diriku." lalu Musa mengusir Samiri dan memberitahukan hukuman Allah kepada Samiri, dan Musa membakar patung anak sapi itu yang tetap disembah Samiri; kemudian Musa menghamburkan abu patung itu ke lautan.[133] Musa menyatakan: "Bahwasanya Tuhan hanyalah Allah, tiada Tuhan selain Dia, IlmuNya meliputi segala sesuatu."[134]
Musa berkata kepada orang-orang dari Bani Israel yang menyembah berhala: "Wahai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah mengadakan sebuah perjanjian yang berkenan untuk kalian? maka apakah hal itu tampak mustahil bagi kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa diri kalian, sehingga kalian berani melanggar ikrar kalian dengan aku bahwa kalian setia menghamba kepada Allah saja dalam keadaan apapun?" Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah sewenang-wenang terhadap diri kalian sendiri karena kalian telah beribadah kepada anak sapi itu, maka bertobatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kalian dan bunuhlah diri kalian; hal tersebut adalah lebih baik untuk kalian menurut Tuhan yang menciptakan diri kalian supaya Allah menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengasihani, Maha Penyayang." lalu sebagian dari kaum itu merasa sangat menyesal seraya meratapi tindakan ini dan memahami bahwa diri mereka telah sesat kemudian berkata: "Sekiranya Tuhan kami tidak memberi anugerah kepada kami dan tidak mengampuni diri kami, pastilah kami termasuk golongan yang dibinasakan."[135] Akan tetapi masih terdapat sebagian orang yang berpaling melalaikan diri seraya enggan bertobat dari tindakan penyembahan patung berhala. Kemudian Musa memanggil siapapun yang bersedia membela Allah; maka seluruh orang dari suku Lawy hadir kepada Musa. Kemudian Musa memerintahkan suku itu untuk menimpakan kemurkaan Allah, yakni dengan memburu dan membunuh orang-orang yang masih berkeras menyatakan sebagai penyembah patung anak sapi,[136] sebab penyembahan ini merupakan tindakan keji yang setara dengan melecehkan kehormatan Allah akibat adanya sikap mempersamakan KemuliaanNya dengan sebuah patung.
Ketika menyadari Murka Allah akibat kejadian ini, Musa memilih tujuh puluh orang saleh dari Bani Israel untuk memohonkan pengampunan Allah pada waktu yang telah ditentukan. Tatkala sebuah gempa bumi mengguncang mereka, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka beserta diriku sebelum ini. Apakah Engkau melenyapkan kami semua lantaran tindakan orang-orang bodoh di tengah-tengah kami? kejadian ini hanyalah ujian dari Engkau, supaya Engkau liarkan yang Engkau kehendaki melalui ujian ini serta supaya Engkau berikan petunjuk kepada siapa yang Engkau perkenan. Engkaulah Yang memimpin kami, kiranya ampunilah kami serta kasihanilah kami dan Engkaulah Pemberi ampun Terbaik dan tetapkan untuk kami anugerah di dunia maupun di Akhirat; sesungguhnya kami bertobat kepada Engkau." Allah berfirman: "KegeramanKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan KasihKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku sediakan KasihKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan yang beriman terhadap ayat-ayatKu."[137]
Musa juga memohon supaya awan "Kemuliaan Allah" senantiasa menaungi Bani Israel dengan harapan umat Allah kembali percaya bahwa Allah benar-benar telah mengampuni kesalahan UmatNya dan menerima pertaubatan UmatNya. Namun sebagaimana Allah membenci segala jenis kekejian, terdapat risiko yang sangat besar bahwa manusia yang berbuat dosa keji di hadapan Allah maka orang tersebut layak mendapat hukuman mati; sehingga kekejian apapun yang dilakukan oleh banyak orang di Bani Israel akan berakhir dengan kematian banyak orang pula, yang berakibat tiada yang sampai ke negeri yang diwariskan selain orang-orang yang berhati tulus di hadapan Allah. Walaupun demikian, Musa tetap bersungguh-sungguh memohon supaya Allah tetap menyertai Umat MilikNya supaya benar-benar nyata bahwa Kasih beserta Pengampunan yang dimiliki Allah yakni Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun sanggup melebihi segala dosa yang dimiliki umatNya.

Perjalanan dari Gunung Sinai dan Pengharaman negeri warisan

Dalam perjalanan dari Gunung Sinai, Allah mengajari Bani Israel tentang Al-Kitab, berisi perintah-perintah Allah serta larangan-larangan Allah, yang meliputi berbagai perkara dalam kehidupan sehari-hari, peraturan-peraturan pokok, peraturan hari-hari khusus, peraturan sunat, penyucian rohani dalam ibadah, hukum pembersihan jasmani tentang kenajisan dan ketahiran, hukum makanan halal maupun makanan haram, hukum upacara persembahan, hukum penyisihan hasil ternak maupun hasil ladang, dan banyak hukum lain dalam Al-Kitab. Selama perjalanan ini pula, Bani Israel berjalan di bawah naungan awan kemuliaan Allah sehingga umat ini hidup secara dekat di hadapan Allah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki umat-umat lain di muka bumi. Walaupun demikian, sifat keduniawian membuat Bani Israel berkeluh kesah, terdapat orang-orang dari Bani Israel yang berkata: "Wahai Musa, kami tidak betah dengan satu jenis makanan saja; oleh sebab itu mohonkan kiranya untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan untuk kami segala yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya." Musa berkata: "Maukah kalian mengambil barang duniawi sebagai pengganti karunia yang terbaik? maka pergilah kalian ke suatu kota, pasti kalian memperoleh apa yang kalian minta" lalu orang-orang itu ditimpa kesengsaraan dan kehinaan.[138] Tatkala banyak orang dalam Bani Israel yang memohon jenis makanan lain, maka Allah karuniakan salwa (burung puyuh) sebagai hidangan daging untuk mereka. Musa pun beberapa kali menjadi sasaran keluhan kaumnya hingga Musa berkata: "Wahai kaumku, mengapa kamu menyakiti diriku, sedangkan kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian?" ketika mereka berpaling, Allah memalingkan kalbu mereka, dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.[139]
Tatkala Bani Israel sampai di perbatasan negeri warisan; Allah mewahyukan melalui Musa supaya Bani Israel di generasinya senantiasa mengingat kembali semua kelimpahan karunia Allah dan supaya Bani Israel bersyukur terhadap semua anugerah Allah, serta supaya umat ini bersegera mematuhi sebuah perintah Allah, yakni menduduki negeri yang telah Allah wariskan untuk golongan pewaris Ibrahim. Namun sebagian besar Bani Israel justru enggan melaksanankan perintah tersebut. Di antara seluruh suku di Bani Israel, hanya suku Lawy yang sepenuhnya tidak mengeluh maupun tidak menyatakan keengganan terhadap Kehendak Allah, serta terdapat dua laki-laki bertakwa, Yusha dari suku Yusuf, dan Qolib dari suku Yahudah, bahkan keduanya maju menasehati seraya memberi semangat agar Bani Israel maju menyerbu gerbang kota kemudian menguasai negeri yang Allah wariskan untuk umatNya; supaya terbukti Bani Israel menuruti Kehendak Allah. Walaupun demikian, sebagian Bani Israel menolak nasihat keduanya, seraya menyatakan takkan mau menduduki negeri waris sebelum orang-orang perkasa telah meninggalkan negeri tersebut dan menyatakan kalimat keengganan kepada Musa: "Majulah kamu bersama Tuhanmu; dan berperanglah sementara kami duduk menanti saja di sini." lalu Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, aku tidak dapat menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku; sebab itu pisahkan antara kami dengan orang-orang fasik itu."[140] Allah mengabulkan permohonan ini dengan menyampaikan keistimewaan Musa dan Harun sebagai golongan beriman yang meraih kesejahteraan.[141]
Pengingkaran melalui dalih tidak berani menghadapi para raksasa bangsa Kana’an, menunjukkan sebagian besar generasi ini melalaikan Keperkasaan Allah yang telah menyelamatkan mereka terhadap pasukan Mesir. Penentangan Bani Israel di generasi ini merupakan salah satu penentangan besar, oleh sebab tujuan utama Allah membebaskan Bani Israel dari negeri Mesir adalah supaya penindasan dan kehidupan mereka yang pahit diganti dengan kehidupan yang sangat lebih baik di "sebuah negeri yang diberkahi daripada semesta alam,"[142] apabila mereka bersedia tunduk dan patuh kepada Kehendak Allah. Akibat kengganan generasi ini melaksanakan janji yang Allah kehendaki, Allah menjadikan negeri warisan terlarang bagi Bani Israel selama empat puluh tahun; bahwa generasi tersebut harus tetap mengembara selama empat puluh tahun pula,[143] sebagai hukuman akibat kegagalan dalam kesetiaan mematuhi Kehendak Allah, maupun dalam menggenapi Perjanjian waris para leluhur mereka.

Pengembaraan Bani Israel dan Kisah Qarun

Selama masa empat puluh tahun pengembaraan, Musa tetap menjadi perantara bagi Bani Israel dalam menerima pengajaran dari Allah. Banyak anak yang dilahirkan di tengah-tengah Bani Israel selama masa pengembaraan; yang kelak generasi inilah yang menjadi generasi Bani Israel yang menduduki negeri waris menggantikan generasi bapak mereka.
Musa juga harus menghadapi rintangan-rintangan dari para pengikutnya, salah satu rintangan terbesar adalah perlawanan Qarun terhadap kedudukan Musa. Oleh sebab memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah ruah; Qarun merasa dirinya berhak untuk segala kedudukan termasuk kedudukan Musa. Beberapa orang bijak di Bani Israel memperingatkan Qarun supaya tidak terlalu bangga melainkan bersikap rendah diri.[144] Namun Qarun tetap berlaku angkuh seraya menyatakan bahwa ilmunya yang hebat adalah sebab adanya kekayaan berlimpah ruah yang dimilikinya. Terdapat banyak orang di Bani Israel yang merasa iri seraya mengidam-idamkan kekayaan duniawi Qarun, namun terdapat pula orang-orang yang menyadarkan tentang keutamaan anugerah Allah dibanding kekayaan duniawi.[145]
Tatkala Hukuman Allah menimpa Qarun akibat menyombongkan diri sebagai yang terkaya di muka bumi dan berani merendahkan kedudukan istimewa Musa, yakni seorang Rasul Allah, maka Allah membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam tanah.[146] Setelah hukuman ini terjadi, banyak orang yang berbalik menyesal pernah mendambakan kekayaan Qarun; mereka menyadari bahwa kekayaan duniawi tidak menjamin bahwa Allah berkenan terhadap manusia tersebut;[147]melainkan kekayaan dapat menjadi cobaan dan ujian yang menjerumuskan manusia itu sendiri. Kisah Qarun menyerupai kaum Fir'aun yang kaya raya namun mereka ditimpa hukuman pedih karena harta kekayaan duniawi telah membutakan kedudukan manusia pada diri mereka; sehingga mereka sekehendak hati berlaku sombong terhadap perintah-perintah Allah.[148]

Pewarisan kepemimpinan Bani Israel kepada Yusha

Sewaktu masa pengembaraan mendekati empat puluh tahun; hampir seluruh generasi Bani Israel yang terlahir di Mesir telah mati; kecuali Yusha, Qolib dan sebagian besar orang di suku Lawy. Musa pun harus ditinggalkan dua saudaranya, Harun dan Miryam, ketika pengembaraan ini hendak berakhir. Ketika Musa memohon kepada Allah supaya diizinkan mencapai negeri yang diberkahi, Allah berfirman bahwa Yusha, seorang dari keturunan Yusuf, merupakan orang yang ditakdirkan sebagai pemimpin Bani Israel untuk menduduki negeri warisan serta Allah memperingatkan Musa supaya taat terhadap Ketetapan Allah. Kemudian Musa memberi berbagai pesan wasiat kepada Bani Israel serta menyampaikan berbagai berkat kepada Bani Israel sebelum meninggalkan mereka. Musa juga mewariskan tugas kepemimpinan kepada Yusha, seorang keturunan Yusuf.[8]

Gelar dan Peninggalan

Allah memberi beberapa gelar kepada Musa, salah satunya sebagai "manusia pilihan Allah," sebab Allah telah melebihkan kedudukan risalah nabi Musa dibanding seluruh umat manusia lain:
Allah berfirman: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih kamu dibanding manusia yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".
— Al-A'raf 7:144
Nabi Musa juga diizinkan untuk berbicara secara langsung dengan Allah sehingga digelari "Kalimullah" serta dijuluki sebagai "manusia yang berkedudukan terhormat di sisi Allah."[149] Kitab Musa merupakan salah satu peninggalan utama, yakni sebuah kitab suci yang ditulis sendiri oleh nabi Musa. Sebagian besar isi Kitab Taurat dianggap bersumber dari Kitab Musa yang murni dan utuh.[150] Allah juga memberi pertanda keselamatan untuk Bani Israel melalui benda peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yakni "Tabut" yang dibawa oleh malaikat, pada waktu Bani Israel menghendaki seorang raja di tengah-tengah mereka supaya umat itu percaya bahwa Allah yang telah memilih Thalut sebagai raja atas Bani Israel.[151] Allah menjadikan riwayat nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia, serta Allah menganjurkan supaya mengisahkan riwayat hidup nabi Musa:
Dan ceritakanlah riwayat Musa di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya ia merupakan seorang yang terpilih dan seorang rasul dan nabi.
— Maryam 19:51

Musa dan para nabi

Musa merupakan salah seorang nabi yang memiliki berbagai kesamaan dengan beberapa nabi terdahulu semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim dan nabi Ya'qub; serta nabi Muhammad. Di antara para nabi tersebut, kaitan nabi Musa dengan nabi Ibrahim adalah salah satu yang cukup erat. Sebagaimana keluarga nabi Ibrahim merasa cemas sewaktu mendengar perintah keji tentang pembunuhan anak laki-laki, demikian pula yang dirasakan keluarga nabi Musa. Sebagaimana Ibunda nabi Ibrahim harus berlindung dan bersembunyi di sebuah gua untuk menyelamatkan putranya, demikian pula yang dilakukan oleh Yukhabad, ibunda nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim merupakan anak ketiga dalam keluarganya, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim memiliki kecerdasan luar biasa sewaktu masih muda, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim harus menghadapi seisi kerajaan Babilonia dan mengalahkan mereka; demikian pula nabi Musa menghadapi seisi kerajaan Mesir. Sebagaimana Namrudz harus mendapat hukuman pedih akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi Ibrahim, demikian halnya Fir'aun harus mendapat azab dunia dan azab akhirat akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim beserta para pengikutnya meninggalkan negeri Mesir dengan membawa banyak hadiah, demikian pula nabi Musa beserta para pengikutnya. Sebagaimana nabi Ibrahim menunjukkan mu'jizat Allah di hadapan Namrudz demikian halnya nabi Musa kepada Fir'aun ketika datang di istana Mesir. Sebagaimana Allah memberi gelar langka kepada nabi Ibrahim sebagai "Kesayangan Allah" (Khalilullah) demikian halnya Allah menggelari nabi Musa dengan julukan "manusia yang berbicara secara langsung dengan Allah" (Kalimullah). Dalam Al-Qur'an, keduanya pula disebut memiliki ajaran yang sama berupa shuhuf-shuhuf terpilih, yakni Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa.[152]
Nabi Ya'qub sebagai pendahulu nabi Musa juga memiliki berbagai kesamaan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus meninggalkan negeri kelahirannya sewaktu berlindung terhadap Ishau, demikian pula nabi Musa sewaktu berlindung terhadap orang-orang Mesir. Sebagaimana Allah menyertai nabi Ya'qub saat pergi seorang diri ke negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika ke negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub bertemu dengan jodohnya, Rahil, saat pertama kali tiba di negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika pertama kali sampai di negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus bekerja selama bertahun-tahun untuk mendapat Rahil, demikian pula nabi Musa untuk mendapat Zipporah. Sebagaimana nabi Ya'qub memimpin keluarganya dari negeri Haran menuju Palestina, negeri asalnya; demikian pula nabi Musa memimpin keturunan keluarga Ya'qub dari negeri Mesir menuju Palestina. Sebagaimana nabi Ya'qub digelisahkan terhadap tindakan putra-putranya; demikian halnya nabi Musa digelisahkan kaum keturunan Ya'qub; Bani Israel pada generasinya. Sebagaimana nabi Ya'qub mengagumi dan mengetahui keistimewaan pada diri nabi Yusuf demikian pula nabi Musa yang mengagumi dan menghargai keistimewaan jasad nabi Yusuf. Nabi Ya'qub menyampaikan wasiat berkat kepada putra-putranya, wasiat yang juga dilakukan nabi Musa kepada Bani Israel.
Nabi Nuh adalah tokoh lain yang memiliki perbandingan dengan nabi Musa; keduanya mengalami perjuangan mendakwahi umat yang jahat, yakni kaum Nuh ataupun kaum Fir'aun; sebab kedua nabi ini mendapati berbagai penentangan dan berbagai penolakan selama berdakwah. Nabi Nuh diremehkan oleh para pemuka kafir dalam kaumnya sebagaimana nabi Musa diremehkan oleh kaum pemuka Fir'aun. Allah memerintahkan nabi Nuh untuk menyelamatkan segala makhluk yang akan mewarisi bumi sebagaimana Allah memerintahkan nabi Musa menyelamatkan Bani Israel, umat manusia yang akan mewarisi bumi. Allah menghukum dan menenggelamkan para musuh nabi Nuh melalui perairan bah sebagaimana Allah menenggelamkan para musuh nabi Musa di perairan Laut Merah. Nabi Nuh berdoa untuk pengampunan terhadap keluarganya beserta orang-orang beriman supaya diselamatkan menghadapi azab pedih,[153] demikian pula nabi Musa memohonkan pengampunan kepada Allah supaya Bani Israel diselamatkan terhadap azab pedih;[154] kemudian Allah menyelamatkan segala pengikut nabi Nuh sebagaimana Allah menyelamatkan para pengikut nabi Musa. Nabi Musa juga memiliki beberapa kesamaan dengan nabi Muhammad, selain menerima kitab suci yang diperuntukkan kepada seluruh umat manusia, kedua nabi ini juga pernah menghadap kepada Allah untuk secara langsung menerima risalah Allah.[8][155]

Referensi

^ Surah Al-Baqarah : 53, Al-Isra : 2, Al-Mu'minun : 49, Al-Furqan : 35, As-Saffat : 117-118, Al-Mu'min : 53-54, Al-Qashash : 5

1.     ^ Surah Al-A'raf : 155-156
2.     ^ Surah An-Nisa' : 164, Al-A'raf : 144
3.     ^ Surah Al-Qashash : 4
4.     ^ Surah Al-Qashash : 6
5.     ^ Surah Al-A'raf : 141
6.     ^ Surah Yunus : 75, Al-Mu'minun : 46, Ad-Dukhan : 31
7.     ^ a b c d e f Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
8.     ^ Surah Al-Qashash : 7, Ta Ha : 40
9.     ^ Surah Al-Qashash : 11, Ta Ha : 40
10.  ^ Surah Al-Qashash : 7-13
11.  ^ Surah Al-Qashash : 14
12.  ^ Surah Al-Qashash : 15-17
13.  ^ Surah Al-Qashash : 15
14.  ^ Surah Al-Qashash : 18-19
15.  ^ Surah Al-Qashash : 20
16.  ^ Surah Al-Qashash : 21-22
17.  ^ Surah Al-Qashash : 24
18.  ^ Surah Al-Qashash : 25
19.  ^ Surah Al-Qashash : 25
20.  ^ Surah Al-Qashash : 26
21.  ^ Surah Al-Qashash : 27-28
22.  ^ Surah Al-Qashash : 29, Ta Ha : 10, An-Naml : 7,
23.  ^ Surah Al-Qashash : 30, Ta Ha : 11, Maryam: 52, An-Naml : 8, An-Naziat : 16
24.  ^ Surah An-Naml : 8
25.  ^ Surah Ta Ha : 12
26.  ^ Surah Ta Ha : 16, An-Naziat : 16
27.  ^ Surah Ta Ha : 13, Ta Ha : 41
28.  ^ Surah Ta Ha : 12-13
29.  ^ Surah Ta Ha : 14
30.  ^ Surah Ta Ha : 15
31.  ^ Surah Ta Ha: 17-18
32.  ^ Surah Al-Qashash : 31, An-Naml : 10, Ta Ha : 19-20
33.  ^ Surah Al-Qashash : 31, An-Naml : 12, Ta Ha : 22
34.  ^ Surah An-Naml : 11
35.  ^ Surah Al-Qashash : 32, An-Naml : 10, Ta Ha : 22
36.  ^ Surah Ta Ha : 23
37.  ^ Surah Ta Ha : 24, An-Naziat : 23, Al-Furqan : 36, Ta Ha : 42-43
38.  ^ Surah Al-Qashash : 33, Asy-Syu'ara : 13
39.  ^ Surah Al-Qashash : 34, Asy-Syu'ara : 13
40.  ^ Surah Asy-Syu'ara : 13
41.  ^ Surah Al-Furqan : 35, Maryam : 53, Al-Qashash : 35
42.  ^ Surah Ta Ha : 25-35
43.  ^ Surah Ta Ha : 36
44.  ^ Surah Ta Ha : 44
45.  ^ Surah Ta Ha : 47-48
46.  ^ Surah An-Naml : 11
47.  ^ Surah Asy-Syu'ara : 18-22
48.  ^ Surah Al-A'raf : 105, Ad-Dukhan : 18, Ta Ha : 47, Asy-Syu'ara : 17
49.  ^ Surah An-Naml : 14
50.  ^ Surah Ta Ha : 49-50
51.  ^ Surah Ta Ha : 51-52
52.  ^ Surah Asy-Syu'ara : 23-29
53.  ^ Surah Asy-Syu'ara : 30-32, Al-A'raf : 107-108
54.  ^ Surah Al-A'raf : 109
55.  ^ Surah An-Naml : 14
56.  ^ Surah Al-Qashash : 36
57.  ^ Surah Yunus : 76-77
58.  ^ Surah Yunus : 78
59.  ^ Surah Al-Mu'minun : 46-47
60.  ^ Surah Ta Ha : 63-64, Asy-Syu'ara : 35
61.  ^ Surah Ta Ha : 57-60
62.  ^ Surah Al-Mu'min : 28-45
63.  ^ Surah Al-A'raf : 115-116
64.  ^ Surah Yunus : 81-82
65.  ^ Surah Al-A'raf : 117
66.  ^ Surah Al-A'raf : 121-122, Ta Ha : 70
67.  ^ Surah Ta Ha : 71, Al-A'raf : 123-124
68.  ^ Surah Ta Ha : 72
69.  ^ Surah Ta Ha : 74-76
70.  ^ Surah Al-A'raf : 127
71.  ^ Surah Shaad : 45-47, Al-Ankabut : 27, Maryam : 49-50, Al-Anbiya : 72-73
72.  ^ Surah Al-A'raf : 128
73.  ^ Surah Al-A'raf : 129
74.  ^ Surah Yunus : 83
75.  ^ Surah Yunus : 83
76.  ^ Surah Yunus : 87
77.  ^ Surah Al-Qashash : 38
78.  ^ Surah Al-Qashash : 38, Al-Mu'min : 36-37
79.  ^ Surah Az-Zukhruf : 51-54, Yunus : 75, Hud : 97
80.  ^ Surah Al-Mu'min : 26-27
81.  ^ Surah Yunus : 88
82.  ^ Surah Yunus : 89
83.  ^ Surah An-Naziat : 23-24
84.  ^ Surah Al-Anbiya : 29, An-Naziat : 23-24
85.  ^ Surah Al-A'raf : 130, Az-Zukhruf : 48
86.  ^ Surah An-Naml: 12, Al-Isra : 101
87.  ^ Surah Al-Qamar : 41-42, Al-A'raf : 133
88.  ^ Surah Al-A'raf : 131
89.  ^ Surah Al-A'raf : 134
90.  ^ Surah Al-A'raf : 131
91.  ^ Surah Al-A'raf : 132
92.  ^ Surah Al-Qamar : 41-42
93.  ^ Surah Al-Isra : 101
94.  ^ Surah Al-Isra : 102
95.  ^ Surah Al-Mu'min : 45
96.  ^ Surah Az-Zukhruf : 54
97.  ^ Surah Asy-Syu'ara : 58-59, Ad-Dukhan : 27-28, Ta Ha : 87
98.  ^ Surah Yusuf : 6, Yusuf : 38
99.  ^ Surah Ta Ha : 77, Asy-Syu'ara : 52
100.               ^ Surah Asy-Syu'ara : 53-56
101.               ^ Surah Asy-Syu'ara : 60
102.               ^ Surah Asy-Syu'ara : 62
103.               ^ Surah Yunus : 90
104.               ^ Surah Al-Qalam : 42-45
105.               ^ Surah Yunus : 91
106.               ^ Surah Yunus : 92
107.               ^ Surah Hud : 98-99, Al-Qashash : 41-42
108.               ^ Surah Al-Qashash : 5, Al-A'raf : 137
109.               ^ Surah Al-A'raf : 138
110.               ^ Surah Al-A'raf : 139, Al-Baqarah : 47
111.               ^ Surah Al-Baqarah : 57, Al-A'raf : 160, Ta Ha : 80
112.               ^ Surah Al-Baqarah : 60, Al-A'raf : 160
113.               ^ Surah Ad-Dukhan : 32-33
114.               ^ Surah Al-Baqarah : 57, Al-A'raf : 160
115.               ^ Surah Ta Ha : 83-84
116.               ^ Surah Al-Baqarah : 55
117.               ^ Surah Al-Baqarah : 63, An-Nisa : 154, Al-A'raf : 171
118.               ^ Surah Al-Maidah : 12
119.               ^ Surah Al-A'raf : 57, Al-Baqarah : 53, Al-Isra : 2
120.               ^ Surah Al-A'raf : 142
121.               ^ Surah Al-A'raf : 143-145, Al-An'am : 154
122.               ^ Surah Al-A'raf : 145-147
123.               ^ Surah Ibrahim : 5
124.               ^ Surah Al-Isra : 2
125.               ^ Surah Al-Qashash : 43, Al-Mu'min : 53-54
126.               ^ Surah Al-Baqarah : 93
127.               ^ Surah Al-A'raf : 150
128.               ^ Surah Ta Ha : 94
129.               ^ Surah Ta Ha : 88-89
130.               ^ Surah Ta Ha : 90-91
131.               ^ Surah Al-A'raf : 151
132.               ^ Surah Ta Ha : 95-97
133.               ^ Surah Ta Ha : 98
134.               ^ Surah Al-Baqarah : 63-64, Al-A'raf : 149
135.               ^ Surah Al-A'raf : 151-153
136.               ^ Surah Al-A'raf : 155-156
137.               ^ Surah Al-Baqarah : 61
138.               ^ Surah As-Saff : 5
139.               ^ Surah Al-Maidah : 20-25, Al-Baqarah : 58-59
140.               ^ Surah As-Saffat : 114-122
141.               ^ Surah Al-Anbiya : 71
142.               ^ Surah Al-Maidah : 26
143.               ^ Surah Al-Qashash : 76-77
144.               ^ Surah Al-Qashash : 79-80
145.               ^ Surah Al-Ankabut : 39, Al-Qashash : 81
146.               ^ Surah Al-Qashash : 82
147.               ^ Surah Al-Qashash : 78, Al-Mu'minun : 55-78, Yunus : 88
148.               ^ Surah Al-Ahzab : 69
149.               ^ Surah Al-An'am : 91, Hud : 110
150.               ^ Surah Al-Baqarah : 247-248
151.               ^ Surah Al-A'la : 6-19
152.               ^ Surah Nuh : 28
153.               ^ Surah Al-A'raf : 155-156
154.               ^ Surah Al-A'raf : 143-145, An-Najm : 1-18


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Utusan Allah S.W.T

Nabi Adam  A.S Adam   ( Ibrani :   אָדָם ;   Arab :   آدم , berarti   tanah ,   manusia   atau   cokelat muda ) adalah tokoh d...