Ya'qub (Ibrani: יַעֲקֹב Yaʿaqob, Arab: يعقوب Yaʿqūb)
adalah seorang nabi yang merupakan putra Ishaq bin Ibrahim. Ya'qub memiliki seorang saudara
kembar bernama Ishau.
Ya'qub, yang kemudian dinamai Israel (Ibrani: יִשְׂרָאֵלYiśrāʾēl, bahasa Arab: اسرائيل Isrāʾīl),
merupakan figur yang dikenal sebagai leluhur "kedua belas suku."
Nama Ya'qub disebut sebanyak 16 kali dalam Al-Qur'an.[2]
Kelahiran
Ya'qub dan Ishau dilahirkan oleh istri Ishaq yang bernama Ribkah,
sewaktu Ishaq berusia 60 tahun. Kedua anak kembar ini terlahir dengan tubuh
Ishau sebagai yang pertama kali keluar diikuti tubuh Ya'qub dalam keadaan
tangan menggenggam tumit kakaknya.[3] Ishaq
sangat menyayangi Ishau, sebab Ishaq menganggap Ishau sebagai putra sulung yang
kelak menerima warisan anugerah dari ayahnya. Sementara itu, Ya'qub merupakan
cucu kesayangan Ibrahim,[3] sebab
Ya'qub senang tinggal di rumah untuk berada dekat serta belajar dari dirinya.
Ya'qub juga menjadi anak kesayangan ibunya, Ribkah,[3] sebab
si putra bungsu gemar membantu serta rajin mengurus rumah untuk meringankan
pekerjaan orang tua.
Ya'qub dan Ishau
Pada mulanya kedua cucu Ibrahim ini memiliki kesamaan satu sama
lain, keduanya belajar ilmu kepada sang kakek di masa tuanya. Ishau mengagumi
sang kakek karena harta kekayaan berlimpah beserta kedudukan duniawi terhormat
yang disegani oleh banyak orang; sementara itu Ya'qub memuji Allah yang
menganugerahkan banyak karunia untuk sang kakek sehingga ia berdoa kiranya Allah
berbuat hal yang sama untuk dirinya. Seiring waktu berlalu, Ya'qub menjadi
semakin tekun beribadah kepada Allah, sesuai yang diajarkan oleh Ibrahim. Di
sisi lain, Ishau memutuskan untuk meninggalkan rumah leluhurnya lalu berangkat
mengembara seorang diri namun tetap berbakti terhadap orang tua untuk mengikuti
kesuksesan sang kakek sebagaimana perjalanan Ibrahim ketika meninggalkan negeri
Haran. Akan tetapi Ishau memiliki tujuan berbeda, Ibrahim meninggalkan tanah
leluhur untuk melaksanakan perintah Allah, sedangkan Ishau berniat mendapat
banyak harta benda serta kemewahan duniawi.[3] Sebagai
bukti sikap berbakti terhadap orang tua, khususnya sang ayah, Ishau memburu
banyak hewan untuk diberikan kepada Ishaq yang gemar makan daging. Sikap
berbakti Ishau menambah keyakinan pada diri Ishaq bahwa ia akan menyerahkan
warisan anugerah untuk anak tertuanya.[3]
Ketika mendengar bahwa sang kakek merupakan manusia yang
ditakdirkan menjumpai maut, Ishau merasa heran serta tidak percaya bahwa orang
sehebat Ibrahim harus menghadapi maut yang kemudian meninggalkan segala
pencapaian di dunia. Ishau memutuskan pergi untuk melupakan kepedihan ini.
Ishau, yang membanggakan diri sebagai keturunan Ibrahim, hendak membalas kepada Namrudz yakni
orang yang pernah ingin membunuh sang kakek. Ishau pergi berbekal sebilah
pedang sambil mencari tempat dimana Namrudz berada. Ketika mendapati Namrudz
sedang berada di sebuah padang rumput, Ishau seketika menikam tubuh Namrudz dari
belakang kemudian Namrudz membalas hantaman keras ke tubuh Ishau. Namrudz
terkejut melihat Ishau, yang mengingatkan dirinya tentang Ibrahim. Kemudian
Ishau mengutuk Namrudz, juga Ishau menyatakan sedang membalaskan atas hal yang
pernah diperbuat terhadap sang kakek. Meski mendapat serangan keras di
tubuhnya, Ishau berhasil membunuh Namrudz,[4] kemudian
Ishau melarikan diri terhadap bala tentara Namrudz yang datang dan mengejar
dirinya.
Sementara Ishau memutuskan pergi, Ya'qub tetap berada di rumah
sehingga ditanyai oleh Ibrahim tentang sebab keberadaannya ini. Ya'qub menjawab
bahwa ia percaya bahwa Allah selalu menyertai sang kakek sehingga Ya'qub ingin
berada dekat dengannya. Mendengar ucapan ini, Ibrahim memberkati Ya'qub, seraya
menyatakan bahwa ia akan mewarisi bagian warisan anugerah; yakni berkat langka
dari sisi Allah untuk Ibrahim, yang telah diwariskan kepada Ishaq. Ya'qub
takjub mendengar hal ini, sebab ia bukanlah anak sulung yang memiliki kelebihan
di mata Ishaq, namun Ibrahim menenangkan cucunya dengan berkata bahwa berkat
anugerah itu berasal dari sisi Allah,[5] terlebih
lagi terdapat perjanjian bahwa Ya'qub telah lama ditetapkan sebagai pewaris
keluarga Ibrahim, sehingga Ya'qub ditakdirkan mewarisi anugerah istimewa di
dunia maupun di Akhirat.[6] Ya'qub
juga turut bersaksi bersama putra-putra Ibrahim tentang agama yang Allah
wariskan untuk kaum keturunan Ibrahim.[7]
Ketika Ishau pulang dari pertarungan melawan Namrudz, ia merasa
sekarat serta kelelahan, kemudian ia menjumpai Ya'qub sedang memasak sup kacang
merah untuk para tamu yang berkabung atas Ibrahim yang telah meninggal dunia.
Ishau yang kelaparan mendesak seraya berteriak meminta makanan kepada Ya'qub.
Oleh sebab Ishau tidak percaya adanya kebangkitan orang mati, ia takut akan
segera mati,[8] sehingga
ia menyatakan bersedia memberikan apapun untuk nyawanya.
Sewaktu Ya'qub memperingatkan kepada Ishau tentang adanya
kehidupan Akhirat sesudah mati, Ishau justru secara zalim mengingkari bahwa
kelak Allah membangkitkan orang-orang mati,[9][3] sebab
Ishau telah mengingkari ajaran Ibrahim bahwa kekayaan berkat berasal dari sisi
Allah.[10] Sebagai
hukuman atas sikap zalim Ishau ini,[11] Allah
memindahkan hak waris Ibrahim kepada orang yang Allah perkenan yakni Ya'qub,[12] keturunan
Ibrahim yang meneladani dan mewarisi Ibrahim. Oleh karena telah memperoleh
banyak Ilmu dari Ibrahim, Ya'qub telah memahami bahwa pemilik hak kesulungan
kelak berhak untuk menerima warisan anugerah. Ya'qub juga meyakini bahwa berkat
dunia beserta Akhirat berasal dari sisi Allah.[13]
Ya'qub bersedia memberi makanan setelah Ishau bersumpah menjual
hak anak sulung sebagai ganti makanan tersebut, agar sumpah ini menjadi bukti
jaminan kepada dirinya; lalu Ishau seketika menyetujui persyaratan ini akibat
belum memahami keistimewaan hak anak sulung. Setelah menghabiskan makanan ini,
Ishau merasa terlahir kembali seraya bersuka cita, sejak saat ini pula Ishau
menamakan diri sebagai Edom, istilah yang bermakna si merah sesuai dengan warna makanan yang ia
makan.[14]
Pewaris Ishaq
Setelah memiliki hak anak sulung dari Ishau, Ya'qub secara sah
memperoleh keistimewaan sebagai anak sulung Ishaq. Sementara itu, Ishau; yang
dikenal sebagai cucu Ibrahim, memutuskan untuk mengawini putri-putri dari suku
Hiti, yakni salah satu suku bangsa keturunan Kana'an. Walau demikian,
perkawinan ini menyebabkan Ishau melanggar amanat dari Ibrahim yang pernah berwasiat
agar keturunannya tidak kawin dengan orang dari keturunan Kana'an. Sepeninggal
Ibrahim, Ya'qub berpindah ke rumah nabi Sam,
putra nabi Nuh, untuk memperdalam ilmu agama maupun
ibadah kepada Allah.[3]
Ishaq sering meratap ketika melihat putra kesayangannya turut
dalam kebiasaan bangsa Kana'an yang meninggalkan kewajiban ibadah, bahkan
melanggar pengajaran Ibrahim untuk selalu berpegang kepada perintah maupun
bimbingan Allah. Diliputi kepedihan hati, Ishaq ditimpa penyakit berat disertai
penglihatan mata yang memburuk. Menganggap bahwa penyakit ini merupakan
pertanda kematian, Ishaq berniat untuk mewariskan berkat anugerah untuk putra
sulungnya, Ishau, sebelum maut menjemput.[15] Namun
Ishaq belum mengetahui bahwa hak kesulungan pada Ishau telah beralih ke Ya'qub.
Ishaq meminta putra sulungnya, Ishau, agar membuat hidangan daging untuk sang
ayah sebelum melakukan pemberkatan. Sekalipun Ishaq menyebut Ishau sebagai
putra sulung; akan tetapi Allah lebih berkenan terhadap kesalehan Ya'qub,[16] sehingga
Allah mengutus sesosok malaikat agar membantu Ya'qub memperoleh hak sebagai
pewaris berkat Ibrahim. Walau Ishaq tidak dapat mengenali putra sulungnya
sewaktu Ya'qub menyerahkan hidangan daging kepada sang ayah; kehadiran malaikat
Allah meyakinkan Ishaq agar memberkati Ya'qub. Selain itu, Ribkah juga turut
memberkati Ya'qub, putra kesayangannya.[3]
Tatkala Ishau datang menemui sang ayah untuk menerima anugerah
waris, Ishaq merasa bersalah bahwa ia telah memberkati orang yang bukan putra
sulungnya, Ishau. Akan tetapi Ishaq berubah pikiran sewaktu Ishau menyatakan
bahwa ia telah menjual hak anak sulung kepada Ya'qub, dengan demikian Ishaq
menyadari bahwa Allah turut mengatur takdir yang sedang terjadi. Sebagaimana
Allah berjanji mengaruniakan berkat ganda berupa karunia di dunia maupun
Akhirat untuk Ibrahim, maka Ishaq memperoleh berkat tersebut sebagai pewaris
utama atau "putra sulung" Ibrahim, yang kemudian berkat tersebut
diwariskan kepada Ya'qub yakni "putra sulung" Ishaq. Ishau merasa
sangat menyesal karena telah menjual hak kesulungan secara seketika yang
membuat dirinya seolah kehilangan harapan untuk mewarisi harta kekayaan ayahnya.[17] Mendapati
Ishau berupaya keras seraya sujud menyembah bahkan mengemis kepada sang ayah
tentang bagian berkat warisan, pada akhirnya Allah berbelas kasihan serta
memberi sebagian berkat bagi putra Ishaq ini.[18][3]
Walaupun dirinya sendiri yang telah menjual hak kesulungannya,[19] Ishau
sangat meratapi bagian warisan yang menurutnya dirampas oleh Ya'qub. Ishau
berniat untuk membunuhnya ketika sang ayah telah wafat. Sewaktu mendengar
ucapan serapah ini, Ribkah menasehati Ya'qub agar berpindah sementara waktu di
rumah pamannya yakni Laban,
di negeri Haran. Walaupun sebelumnya Ya'qub menyatakan
berani untuk melawan Ishau,[20] namun
ia lebih memilih menuruti saran sang ibu supaya menikahi seorang anak perempuan
Laban, agar Ya'qub terhindar dari pernikahan dengan keturunan Kana'an. Kemudian
Ishaq dan Ribkah melepas keberangkatan Ya'qub dengan mengakui bahwa Allah telah
menyertai Ya'qub, serta menegaskan haknya sebagai anak sulung yang secara sah
mendapat warisan berkat istimewa dari Ibrahim. Ishaq juga secara khusus
berpesan kepada Ya'qub agar tidak mengawini perempuan keturunan Kana'an
melainkan mengawini seorang perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat
dengan keluarga Ibrahim. Tatkala mendengar kabar bahwa ayahnya tidak berkenan
terhadap wanita-wanita Kana'an, Ishau memutuskan pergi ke rumah pamannya, yakni Ismail bin
Ibrahim, supaya mengawini seorang anak perempuan Ismail. Ishau tidak berniat
pergi ke Haran, sebab ia mengetahui bahwa Ibrahim pernah melarang Ishaq agar
tidak pergi ke Haran.
Keberangkatan ke negeri Haran
Sewaktu berangkat ke Haran, Ishaq memperbekali banyak harta
benda maupun hewan ternak untuk Ya'qub sebagai bagian warisan anak sulung.
Sementara itu, Ishau merasa geram ketika mendengar kabar bahwa Ya'qub berangkat
sambil mengangkut perbekalan berlimpah dari kedua orang tuanya, kemudian Ishau
bersiasat untuk merampas bagian waris duniawi yang telah diserahkan Ishaq
kepada Ya'qub. Maka Ishau mengutus budak-budak Ishaq agar pergi menyampaikan
pesan kepada Ya'qub.
Sewaktu gerombolan ini menyusul Ya'qub, mereka menyampaikan
pesan bahwa Ishaq memerintahkan Ya'qub agar menyerahkan kembali muatan
perbekalan kepada Ishau melalui mereka, supaya Ishau tidak mendengki ataupun
supaya Ishau tidak berangkat mengejar Ya'qub ke negeri Haran. Di sisi lain,
Ya'qub bersyukur telah menerima berkat anugerah Allah yang disampaikan melalui
orang tuanya; yang cukup menjadi bekal jaminan hidup di dunia serta di Akhirat.[21][22]Ya'qub menyerahkan seluruh harta
perbekalan ini kepada para budak Ishaq untuk kemudian diserahkan kepada Ishau
sehingga Ya'qub harus berjalan tanpa mengangkut bekal apapun ketika sampai di
rumah pamannya selain Perlindungan Allah yang selalu menyertai Ya'qub dimanapun
ia berada, supaya kelak ia pulang dalam keadaan selamat.
Di tengah-tengah perjalanan ini, Ya'qub mendapat sebuah mimpi
nubuat yang bermakna Allah berjanji bahwa keturunan Ya'qub akan berjumlah
sangat banyak memenuhi bumi apabila ia tetap setia melaksanakan
perintah-perintah Allah. Selain itu, Ya'qub memperoleh nubuat bahwa ia akan
memberkati dua belas putranya sehingga kelak Ya'qub akan disebut sebagai
leluhur kedua belas suku.[3] Kemudian
Ya'qub mendirikan tanda peringatan di tempat ia telah bermimpi, ia juga
berikrar kepada Allah bahwa ia akan bersegera mengadakan persembahan khusus di
tempat tersebut apabila Allah menyertai serta memperkenan Ya'qub pulang ke
negeri ayahnya dalam keadaan selamat.
Kehidupan di negeri Haran
Tatkala tiba di negeri Haran, Ya'qub melihat Rahil,
anak perempuan pamannya, yang seketika membuat Ya'qub terpikat dan ingin
menjadikan perempuan ini sebagai istri. Laban, paman Ya'qub, memberi syarat
bahwa Ya'qub harus terlebih dahulu bekerja selama tujuh tahun demi mendapat
Rahil. Ketika negeri Haran mendapat kelimpahan berkat karena kehadiran Ya'qub
yang diberkati Allah, maka Laban mengadakan berbagai tipu muslihat untuk
menghalangi Ya'qub pulang ke rumah ayahnya.
Bertahun-tahun kemudian, Ya'qub memiliki kekayaan yang berlimpah
di negeri Haran karena senantiasa berpegang kepada perintah-perintah Allah
dimanapun ia berada serta ia tidak mengikuti kebiasaan penduduk yang ada di
sekitarnya. Selama itu pula, Ya'qub dikaruniai dua belas anak dari keempat
istrinya. Kesebelas putra Ya'qub adalah Rubin, Simeon, Lawy, Yahudah, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Yisakhar, Zebulon, dan Yusuf; sementara seorang putrinya bernama Dinah.[3] Ketika
Allah berfirman agar kembali ke rumah ayahnya, Ya'qub menjadi seorang hartawan
kaya raya dengan banyak anak, banyak ternak, juga banyak budak sewaktu
meninggalkan negeri Haran, meski ia tanpa membawa muatan perbekalan sewaktu
pertama kali tiba di negeri tersebut.
Kepulangan dari negeri Haran
Dalam perjalanan pulang, Ya'qub harus menghadapi sesosok
malaikat setelah membawa segala kepunyaannya menyeberangi sebuah sungai. Atas
izin Allah, Ya'qub berhasil menang melawan malaikat tersebut meski sendi
pangkal pahanya mendapat hantaman. Tatkala mendapati hal ini, putra-putra
Ya'qub merasa menyesal tidak turut membantu sang ayah; yang kemudian putra-putra
Ya'qub menahan diri untuk memakan segala jenis daging yang menutupi pangkal
paha sebagai bentuk peringatan atas kejadian ini.[23] Ketika
mendapat kabar bahwa ia akan berhadapan dengan Ishau serta gerombolannya;
Ya'qub memikirkan keselamatan segala kepunyaannya namun Ya'qub tetap bersabar
menaruh kepercayaan kepada janji Allah, juga Ya'qub berdoa secara
bersungguh-sungguh kepada Allah agar dapat memenuhi ikrar perjanjian apabila
Allah memperkenan dirinya pulang dalam keadaan selamat di negeri ayahnya.
Kemudian Ya'qub mendapati Ishau beserta gerombolannya merasa ketakutan terhadap
kehadiran Ya'qub, oleh sebab Allah yang menyertai dan membela keluarga Ya'qub,
maka Allah telah mengutus ribuan bala tentara malaikat yang membela keluarga
Ya'qub yang beriman,[24][25] sehingga
ribuan bala tentara malaikat ini telah menangkap seraya mengancam akan membunuh
seluruh kepunyaan Ishau apabila berani berbuat jahat terhadap Ya'qub maupun
segala kepunyaannya.[3] Ya'qub
juga memberi banyak hadiah untuk saudaranya lalu Ya'qub dan Ishau saling
berdamai.
Ya'qub mendirikan kemah di tengah-tengah suku keturunan Kana'an
sewaktu tiba di negeri ayahnya. Ia lupa tentang ikrar perjanjiannya berupa
persembahan khusus sebagai bentuk syukur karena selama ini Allah telah
mengaruniakan keselamatan untuk dirinya serta telah melindungi dirinya
menghadapi berbagai bahaya. Atas sikap ini, Allah memberi beberapa hukuman
untuk memperingatkan Ya'qub. Anak perempuan Ya'qub, yakni Dinah, diperkosa oleh
seorang pangeran dari suku keturunan Kana'an. Bangsa Kana'an merupakan bangsa
penyembah berhala yang menganggap perzinahan sebagai hal kewajaran di
tengah-tengah mereka; sehingga suku bangsa Kana'an di wilayah tersebut
memperbolehkan perilaku keji berlangsung.
Hal ini menimbulkan kebencian dan kemurkaan besar pada kedua
saudara Dinah, yakni Simeon dan Lawy. Simeon menganggap kejadian ini sebagai
penistaan terhadap nama baik keturunan Ya'qub. Sementara itu, Allah mengutus
Lawy menjadi Rasul yang diperbekali sebilah pedang beserta tameng supaya dapat
membalas tindakan jahat suku keturunan Kana'an.[26][27] Ia
memahami bahwa kejadian ini dapat merusak perjanjian Ibrahim terhadap
keturunannya supaya tetap diberkati, yakni larangan untuk tidak memiliki
hubungan keluarga dengan keturunan Kana'an yang terlaknat. Terlebih lagi, apabila
keturunan orang-orang beriman dibiarkan memiliki ikatan keluarga dengan kaum
keturunan pezinah yang menyembah berhala, tentu kaum penyembah berhala akan
memaksa kebiasaan kafir bangsa musyrik terhadap
orang-orang beriman; yang berakibat merusak kesetiaan keturunan Ibrahim
terhadap Allah. Dengan demikian, Lawy mempertimbangkan Hukum Allah sewaktu
menumpas kaum keturunan kafir yang hendak menggabungkan diri dengan keturunan
orang-orang beriman.[28][29][30] Sekalipun
mengemis perkenan atau perjanjian damai kepada golongan beriman, orang-orang
yang berzinah maupun orang-orang yang menyembah berhala tidak memiliki hak
mendapat bagian dalam warisan Ibrahim. Hal ini pula yang kemudian harus
diberlakukan sewaktu Bani Israel mengambil
alih negeri perjanjian yang sebelumnya dihuni bangsa Kana'an.[31]
Tatkala Simeon telah dipenuhi dendam, ia berniat membantai
seluruh laki-laki suku Kana'an yang memandang rendah keturunan Ya'qub, akibat
kaum itu telah membiarkan dan mengizinkan adanya perzinahan terjadi di
tengah-tengah mereka. Lawy berniat menumpas seluruh laki-laki suku Kana'an
sebagai Hukuman Murka Allah, maupun sebagai peringatan supaya tidak ada dari
keturunan Ya'qub yang terbujuk mengawini keturunan Kana'an yang terlaknat,
dengan harapan kelak tiada kaum keturunan ayahnya yang turut mendapat
kesengsaraan dengan bangsa keturunan Kana'an; yakni bangsa yang membiarkan
perbuatan dosa terjadi di tengah-tengah mereka akibat mengabaikan
perintah-perintah Allah. Simeon dan Lawy bersumpah kepada Allah untuk membalas
perbuatan keji ini.[32]Maka mereka berangkat sambil membawa
pedang lalu tanpa belas kasihan membunuh suku keturunan Kana'an di wilayah
tersebut, oleh karena suku ini telah melakukan perkara keji menyembah berhala
serta tidak menentang dosa pencemaran terhadap adik mereka, bahkan suku ini
mengizinkan perkara zinah yang dibenci Allah.[33] Lawy
membunuh Sikhim yakni
pangeran dari suku keturunan Kana'an, sementara Simeon membunuh Hamor, raja
suku tersebut.[3] Seluruh
anak lelaki hingga seluruh pria di suku tersebut mati dibantai Simeon dan Lawy;[34] kemudian
keduanya menyelamatkan Dinah dari wilayah suku pezinah ini.[35]
Sewaktu Simeon dan Lawy pulang, Ya'qub memarahi kedua putranya
yang telah bertindak gegabah tanpa terlebih dahulu meminta pertimbangan dari
sang ayah, oleh sebab suku tersebut telah menyampaikan perjanjian kepada
keluarga Ya'qub. Walau demikian, Simeon membela diri bahwa keduanya tidak bisa
membiarkan perlakuan keji suku Kana'an yang mempersamakan adik mereka sebagai
pezinah;[36] juga
sebagai peringatan bagi siapapun yang nekat menimpakan kejahatan terhadap
keluarga Israel, maka orang itu dan siapapun yang menyetujui kejahatan tersebut
akan menghadapi Kemurkaan Allah melalui tangan keduanya,[37][38]Sementara itu Lawy memperingatkan
sang ayah tentang Perjanjian Allah terhadap suku Kana'an, walau ia merasa
bersalah sebab tidak menghormati kedudukan ayahnya;[39] kemudian
ia memutuskan bertekun dalam ibadah serta pertobatan untuk menghapus dosa ini.[40] Sejak
saat ini pula, Lawy tidak lagi akrab dengan Simeon.
Akibat kekerasan Simeon dan Lawy, penduduk negeri yang tinggal
di sekitar Ya'qub dipenuhi rasa takut dan gentar untuk bergaul dengan keluarga
Ya'qub. Kemudian mereka pun menyadari bahwa keluarga Ya'qub merupakan pewaris
keluarga Ibrahim yang mencegah perbuatan dosa, juga menjaga Hukum-Hukum Allah
beserta perintah-perintah Allah sehingga Perlindungan Allah selalu menyertai
keluarga Ya'qub; dengan demikian Allah takkan membiarkan orang yang berbuat jahat
kepada keluarga tersebut lolos tanpa hukuman pedih.[41]
Melalui kejadian ini, Ya'qub menyadari kesalahannya serta
menerima peringatan Ilahi tentang ikrar perjanjiannya sehingga ia bertobat
seraya bergegas menepati ikrar perjanjian untuk mengadakan persembahan khusus
kepada Allah, tepat di tempat sebelumnya ia pernah berikrar kepada Allah
sewaktu berangkat meninggalkan negeri ayahnya. Setelah memenuhi ikrar
perjanjian, Allah mengampuni kesalahan Ya'qub,[42] serta
mengubah nama Ya'qub menjadi "Israel" lalu Allah berjanji bahwa seisi bumi akan menjadi milik kaum keturunan
Israel.[43] Kemudian
Israel mengajak seluruh keluarganya berpindah ke rumah Ishaq. Sewaktu tiba di
rumah ayahnya, Ishaq dan Ribkah merasa sangat bahagia sewaktu melihat Ya'qub
masih beriman kepada Allah. Ishaq dan Ribkah sangat bersyukur kepada Allah atas
karunia seorang putra yang menyelamatkan nama baik keturunan Ibrahim yang
dikenal setia kepada Allah. Terlebih lagi, Ishaq mendapati bahwa putra-putra
yang dikaruniakan untuk Ya'qub memiliki kesalehan menyerupai ayah mereka.[44] Ishaq
sempat menyampaikan nubuat kepada Lawy dan Yahudah,[45]bahwasanya Lawy mewarisi kedudukan
Imam,[46] sementara
Yahudah mewarisi kedudukan pemimpin di Israel.
Israel
dan putra-putranya
Dalam perjalanan menuju rumah Ishaq, Israel mendapat kabar bahwa
Rahil melahirkan anak ketiga belas untuknya, yakni seorang putra bernama Bunyamin, walau Rahil meninggal setelah
persalinan. Dengan demikian Israel dapat menjadi leluhur kedua belas suku serta
menggenapi nubuat untuk dirinya. Kedua belas putra Israel adalah Rubin, Simeon,
Lawy, Yahudah, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Yisakhar, Zebulon, Yusuf dan Bunyamin.
Sepeninggal Rahil, Israel sendiri yang harus mengurus Yusuf dan Bunyamin,
sehingga putra-putra Rahil lebih diperhatikan melebihi putra-putra Israel yang
lain. Sebagai nabi pilihan; Ya'qub dikaruniai Ilmu istimewa dari sisi Allah;[47][48] sehingga
mendapat nubuat bahwa Yusuf akan menjadi pertanda yang akan menyelamatkan
kehidupan seluruh Bani Israel terhadap banyak kesusahan yang melanda, dan Yusuf
akan menjadi syarat penggenapan berkat Allah kepada Ibrahim dan Ishaq. Terlebih
lagi, Israel mengetahui bahwa Perlindungan Allah telah menyertai Yusuf, oleh
sebab itu Israel sangat mengutamakan keselamatan Yusuf.
Yusuf pernah mendapat mimpi nubuat yang bermakna bahwa kesebelas
saudaranya beserta kedua orang tuanya akan bersujud di hadapan dirinya, bahkan
Yusuf memahami makna mimpi ini adalah pertanda keistimewaan dirinya dibanding
putra-putra Israel yang lain. Hal ini menimbulkan kebahagiaan pada diri Israel
bahwa Yusuf mewarisi anugerah nubuat beserta berkat sebagaimana yang pernah
dikaruniakan untuk Ibrahim dan Ishaq. Israel melarang Yusuf menceritakan mimpi
ini kepada saudara-saudaranya,[3] walau
demikian rasa iri menyulut rasa benci pada diri saudara-saudaranya sehingga
muncul niat jahat terhadap Yusuf.[49]
Sewaktu kesepuluh putra Israel mendapati perlakuan istimewa sang
ayah terhadap Yusuf dan Bunyamin, maka muncul dugaan bahwa ayah mereka hendak
berlaku curang terhadap mereka.[50] Yahudah bersama
kesembilan saudaranya mengadakan siasat supaya menghindarkan perilaku curang
sang ayah terhadap para putra Israel, serta supaya mereka memiliki bagian
tertentu dalam warisan anugerah.[51] Mereka
belajar dari tindakan ceroboh Simeon dan Lawy, sehingga memohon izin terlebih
dahulu kepada ayah mereka sewaktu hendak mengadakan perjalanan bersama-sama
Yusuf. Kesepuluh putra Israel membujuk sang ayah bahwa diri mereka mengingini
kebaikan untuk diri Yusuf serta mereka hendak melindunginya.[52][53] Israel
mengetahui adanya firasat buruk tentang perjalanan mereka, walau akhirnya
Israel melepas keberangkatan Yusuf bersama dengan kesepuluh putranya.[54]
Tatkala kesepuluh putra Israel pulang tanpa Yusuf, mereka
menjelaskan kepada Israel bahwa hanya ada baju Yusuf yang berlumuran darah
setelah ditinggalkan seorang diri.[55] Merasa
heran terhadap penjelasan mereka, Israel menduga bahwa kehilangan ini sebagai
pertanda buruk tentang keselamatan kaum keluarganya. Yusuf bagi Israel
merupakan pertanda pertolongan serta pertanda keselamatan, juga penggenapan
berkat untuk kaum keturunannya; sehingga ia menduga kehilangan atau kematian
Yusuf dapat menjadi firasat bahwa akhir seluruh keturunannya akan segera
terjadi. Firasat ini hampir mendekati kebenaran ketika terjadi musim paceklik
yang menghentikan usaha pertanian di negerinya, yang berakibat seluruh
keluarganya dilanda kelaparan. Di sisi lain, keimanan Israel membuat ia tetap
bersabar serta berserah diri menaruh kepercayaan kepada Allah.[56]
Sewaktu wabah kelaparan panjang terjadi, kesepuluh putra Israel
pergi membeli persediaan makanan ke Mesir namun mereka kembali dengan mendapati
jumlah uang penukar yang masih utuh. Kemudian mereka meminta izin kepada Israel
supaya Bunyamin turut menyertai mereka sewaktu hendak membeli persediaan
makanan ke Mesir, sebab sang pemegang kuasa negeri Mesir telah menuntut
kehadiran Bunyamin. Meski sempat menolak, Israel terpaksa mengizinkan hal ini
setelah wabah kelaparan hebat menimpa seluruh anggota keluarga mereka.[57] Walau
diliputi kepedihan hati tentang keselamatan Yusuf, Israel masih memiliki
keimanan serta keyakinan kepada janji Allah bahwa Yusuf beserta saudara-saudaranya
akan kembali pada dirinya,[58] sehingga
nubuat tentang kedua belas suku dapat terpenuhi.
Sewaktu putra-putranya pulang dari perjalanan untuk membeli
persediaan makanan di Mesir, Israel merasakan keberadaan Yusuf di dekatnya. Hal
ini disebabkan baju Yusuf yang dibawa dari Mesir supaya pakaian tersebut
dibasuhkan ke wajahnya, agar penglihatan Israel membaik.[59] Mereka
juga membawa kabar gembira bahwa Yusuf telah menjadi seorang panglima Mesir
yang berkuasa atas segala kebijakan dan peraturan di Mesir, bahkan Yusuf telah
berdamai dengan saudara-saudaranya.[60] Sewaktu
kesepuluh putra Israel memohonkan maaf kepadanya, Israel memohonkan pengampunan
kepada Tuhannya, yakni Yang Maha Pengampun serta Maha Penyayang terhadap
kesalahan mereka.[61] Yusuf
juga mengundang seluruh keluarga Israel supaya berpindah ke Mesir selama masa
kelaparan berlangsung. Pertemuan Israel dengan Yusuf, putra kesayangannya,
terasa sangat membahagiakan sebab telah terbukti bahwa Yusuf menjadi pertanda
pertolongan dan pertanda keselamatan untuk Israel beserta seluruh kaum
keturunan Israel.
Hijrah ke Mesir dan pewarisan berkat
Selama tinggal di Mesir, Israel mengasuh dan mengajarkan
ilmu-ilmu yang telah diperoleh dari para leluhurnya kepada kedua putra Yusuf
yakni Ifrayim dan Manushah. Israel merasa dekat dengan kedua
putra Yusuf sehingga menganggap kedua cucunya ini sebagai kedua putra
kandungnya sendiri. Sebelum Maut menjemput, Israel memberkati kedua putra Yusuf
sebagaimana memberkati putra-putranya sendiri.[62] Kemudian
kedua belas putra Israel dihimpunkan supaya mendapat bagian warisan anugerah
yang berasal dari sisi Allah. Sebelum memberikan berkat-berkat anugerah, Israel
terlebih dahulu ingin mengetahui keimanan kedua belas putranya dengan meminta
kesaksian tentang hal yang akan mereka sembah sepeninggal dirinya. Israel
merasa lega sewaktu mendengar bahwa semua putranya berikrar untuk senantiasa
mengabdi kepada "Tuhannya Ya'qub, maupun Tuhannya Ibrahim, maupun Tuhannya
Isma'il, maupun Tuhannya Ishaq," yakni Tuhan Yang Tunggal;[63] sehingga
masing-masing putranya terbukti layak sebagai para pewaris Israel yang menerima
berkat istimewa dari sisi Allah.
Anak pertama Israel, Rubin, mendapat beberapa pujian dan teguran
keras, sebab tingkah lakunya tidak mewarisi kesalehan ataupun kepribadian
Israel, sehingga Rubin tidak layak disebut sebagai anak sulung Israel. Oleh
sebab itu "warisan kesulungan" berupa bagian kedudukan Imam, beralih
ke Lawy, sementara bagian kerajaan beralih ke Yahudah, serta bagian terbanyak
milik anak sulung beralih ke Yusuf. Simeon beserta Lawy mendapat bagian bersama
dari Israel akibat peristiwa pembantaian salah satu suku keturunan Kana'an yang
meninggalkan kesan bagi Israel karena telah membuat nama Israel disegani
sekaligus ditakuti oleh bangsa-bangsa lain. Israel memperingatkan bahwa
gabungan kekuatan keduanya dapat menimbulkan kehancuran besar pada musuh-musuh
mereka, oleh karena watak Simeon yang rela mati-matian melindungi nama baik
Bani Israel sementara Lawy berwatak tidak kenal belas kasihan untuk membunuh
siapapun yang nekat memperbuat dosa keji. Dari watak keras keduanya, Israel
memahami pula bahwa Simeon membenci Yusuf lalu mengadakan siasat membunuhnya
meski tidak dilakukan.[64]
Mendapati ketiga saudaranya mendapat teguran keras, Yahudah
merasa takut bahwa ia akan mendapat bagian serupa karena dirinya merasa
bersalah telah memimpin siasat untuk memisahkan Yusuf. Akan tetapi Israel
justru sangat memuji Yahudah yang memiliki kebijaksanaan untuk memutuskan
sesuatu, sebab Israel mengetahui bahwa Yahudah adalah orang yang berhasil
menghindarkan dosa pembunuhan terhadap Yusuf. Yahudah terbukti memiliki sikap
takut terhadap hukuman Allah; sehingga Yahudah berhasil menyadarkan kesembilan
saudaranya bahwa Yusuf adalah seorang putra Israel, yang juga seorang yang
masih bersaudara dengan mereka; lalu kesepuluh putra Israel bersepakat tidak
membunuhnya.
Israel menyampaikan berkat bahwa Zebulon akan memperoleh
penghidupan yang baik di tepi lautan sedangkan Yisakhar akan menjadi pekerja
rodi yang kuat di negeri yang makmur. Israel memberkati Dan bahwa kaum keturunannya muncul sebagai suku hakim di
Bani Israel yang kelak menjadi pertanda keselamatan dari Allah. Sedangkan Gad
akan menjadi suku yang tangguh walau hidup di tengah-tengah bangsa
besar. Israel memberkati Asyer bahwa kelak kaum keturunannya akan menyediakan hidangan kaum raja
dan bangsawan. Sementara itu, Naftali akan muncul seperti "rusa
melompat" yang menyampaikan perkataan bijaksana.
Ketika giliran pemberkatan untuk bagian Yusuf, Israel sangat
bersyukur kepada Allah karena ia masih diizinkan melihat Yusuf maupun
keturunan-keturunan Yusuf yang Allah karuniakan untuk menyelamatkan
keberlangsungan Bani Israel menghadapi berbagai kesulitan. Israel menyampaikan
pujian luar biasa untuk Yusuf, sebab bagian warisan terbesar dari Ibrahim,
Ishaq dan dirinya akan menyatu pada diri Yusuf, anak sulung Israel.[3] Bunyamin
juga memperoleh berkat dari ayahnya yang berkaitan dengan masa depan
keturunannya. Israel juga mengucap berkat tentang watak ataupun hal yang akan
terjadi kepada sebagian mereka beserta keturunan mereka dengan perlambangan
simbol tertentu, semisal perlambangan singa (Yahudah), keledai (Yisakhar), ular (Dan), rusa
betina (Naftali), pohon kokoh yang berbuah (Yusuf),
serta serigala (Bunyamin).[65]
Sebelum meninggal dunia, Israel berwasiat supaya ia dimakamkan
di tempat pemakaman pribadi milik keluarga Ibrahim di tanah airnya. Yusuf
memimpin rombongan perkabungan sewaktu berangkat ke tempat pemakaman ayahnya,
sehingga kehadiran Yusuf ini sangat dihormati dan dipuji oleh penduduk berbagai
bangsa; oleh karena Yusuf, putra Israel, merupakan seorang hamba pilihan Allah,[66] serta
pemegang kuasa agung di Mesir yang telah menyediakan makanan juga telah berjasa
menyelamatkan hidup berbagai bangsa di muka bumi.[67]
Gelar
Allah menggelari Ya'qub sebagai salah satu dari "ketiga
manusia pilihan paling utama" setelah Ibrahim dan Ishaq.[68] Selain
itu Ya'qub disebut pula sebagai Israel, leluhur umat Bani Israel yakni sebuah
umat pilihan yang Allah istimewakan melampaui alam semesta.[69] Nama
Israel disebut sebanyak dua kali di Al-Qur'an,[70]serta memiliki banyak keturunan yang
termasuk golongan nabi.
Referensi
^ Nabi Ishaq alayhi salam berputra Nabi Ya’qub alaihissalam
yang bergelar Israel. Dari beberapa orang istrinya, Nabi Ya'qub alayhi salam
berputra dua belas, yakni Rubin, Simeon, Lawy, Yahudah, Dan, Naftali, Gad,
Asyer, Yisakhar, Zebulon, Yusuf, dan Bunyamin.
1.
^ A-Z of Prophets in Islam and Judaism, B. M. Wheeler, Jacob
2.
^ a b c d e f g h i j k l m n o Ginzberg, Louis, ed. (1909). The Legends of the Jews (Translated
by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
3.
^ Sefer Hayashar (Samuel,
Moses; Book of Jasher Referred to in Joshua and Second Samuel 1840)
4.
^ Surah Al-Imran : 73-74, Yunus : 58, Jumuah : 4
5.
^ Surah Al-Anbiya : 72-73, Hud : 71
6.
^ Surah Al-Baqarah : 131-132
7.
^ Surah Al-Baqarah : 212-213, Al-Baqarah : 200,
Ali-Imran : 145, Asy-Syura : 20, Yunus : 7, Al-Ankabut : 64
8.
^ Surah As-Saffat : 112-113, Al-Baqarah : 28,
An-Nahl : 38-39, Al-Isra : 119, Ar-Rum : 44-45, Al-Isra :
99, Hud : 7-8, Ibrahim: 2-3, An-Nahl : 106-109, Yasin : 79,
Al-An'am : 29-33, Al-An'am : 112-113 Ali-Imran : 77,
Al-Insan : 27-31, As-Saffat : 50-51, Al-Jatsiyah : 32,
Az-Zukhruf : 83, Ad-Dukhan : 40, Al-Qamar : 46, Al-A'raf :
147, Al-Hajj : 66-70
9.
^ Surah Al-Baqarah : 130, Ali-Imran : 32-34,
Muhammad : 8-9, At-Taubah : 62-68, Az-Zukhruf : 36-44,
Al-Hajj : 51-57, Al-Ahqaf : 17-19, Al-Lail : 4-11
10. ^ Surah Al-Baqarah : 124, Ali-Imran : 57, Al-Hajj :
3-14, Ar-Ra'd : 25-26, An-Nisa : 115-123, Al-Mu'min : 18-76,
Al-Mujadilah : 5-6, Az-Zumar : 22-26, Al-Furqan : 11-31,
Muhammad : 28-38, Al-A'raf : 43-45
11. ^ Surah Asy-Syura : 8, Hadid : 20-21, Ali-Imran :
73-74, Ar-Rum: 5, Al-Insan : 29-31, Al-Hadid : 29, Al-Lail : 13,
Asy-Syura : 17-19
12. ^ Surah An-Nisa : 122-126, An-Nisa : 131-134, Ibrahim:
27, An-Nahl : 30, Al-Ahqaf 13-16, Az-Zukhruf : 33-35
13. ^ Sefer Yūḇāl 24:6
14. ^ Surah Al-Baqarah: 180-182
15. ^ Surah An-Nahl : 41-42, An-Nisa : 122-126,
Fussilat : 30-31
16. ^ Surah Al-Baqarah : 268
17. ^ Surah Al-Baqarah : 126, As-Saffat : 12-13,
At-Taubah : 59, Ali-Imran : 176-178, Al-Mu'minun : 61,
Muhammad : 8-9, An-Nahl : 106-109, Hud : 15-16, Al-Mu'min :
1-22, Asy-Syura 17-22
18. ^ Surah Al-Kahfi : 54-59
19. ^ Sefer Yūḇāl 27:4
20. ^ Surah Qasas: 60-61, Yunus: 58, Az-Zukhruf: 32
21. ^ Surah Al-Baqarah: 130, Al-Ankabut: 27
22. ^ Surah Ali Imran: 93
23. ^ Surah As-Saffat: 171-173, Al-Anfal : 29-30, Az-Zumar :
25-26, Fussilat : 30-31
24. ^ Surah Al-Ahzab : 9-12, Muhammad: 1-2, Al-Anfal: 59-60,
Al-Hajj: 38-41, Ali-Imran: 160, Al-Fath: 4-7, Al-Anfal: 12-14, Surah
Ar-Rum : 58-60, Al-Muddatsir : 31
25. ^ Testament of Levi 5:1-7
26. ^ Surah Al-Hajj: 75-78
27. ^ Surah At-Taubah : 62-70, Muhammad : 35-36
28. ^ Sefer Yūḇāl 30
29. ^ Surah Ibrahim: 13-15, Ibrahim: 18-20, An-Nur: 3, Muhammad :
7-15, Al-Imran: 146-151, Ali-Imran : 194-198, An-Nisa : 58-59,
An-Nisa : 95-96, Al-Furqan : 67-76, An-Nisa : 74, Yunus :
62-64, Al-Baqarah : 216-218, Al-Anfal : 72-73, Yunus : 37-40,
At-Taubah : 111-112
30. ^ Surah An-Nisa : 77, Al-Fath : 20-24, Yunus :
13-14, Ali-Imran : 56, Al-Hajj : 43-48, Al-Anbiya : 7-19,
Al-Ahzab : 22-27, Al-Anfal : 72-73
31. ^ Sefer Hayashar 34:23
32. ^ Surah An-Nur : 3, Muhammad : 7-15, At-Taubah :
71-72, Al-Isra : 32
33. ^ Sefer Yūḇāl 30: 4
34. ^ Sefer Yūḇāl 30: 24
35. ^ Surah An-Nur : 23-26
36. ^ Testament of Levi 6:8-7:3
37. ^ Surah At-Taubah : 14, An-Nisa : 91, Al-Anfal :
17-18, Ar-Rum: 5, Al-Ahzab : 22-27, An-Nisa : 76
38. ^ Testament of Levi
39. ^ Surah Al-Maidah : 39-40, Al-Furqan : 70-76,
An-Nisa :17
40. ^ Surah An-Nahl : 110, At-Taubah : 14-15,
Muhammad : 11-12, Ar-Rum : 5-7, Al-Ahzab : 25-27, Al-Fath :
20-24, Al-Anfal : 12-14
41. ^ Surah Al-Anfal 27-29, An-Nahl : 110, At-Taghabun :
15-18, An-Nisa :17
42. ^ Sefer Yūḇāl 32:17-20
43. ^ Sefer Yūḇāl 31:32
44. ^ Sefer Yūḇāl 31
45. ^ Sefer Yūḇāl :
32
46. ^ Surah Yusuf : 68
47. ^ Sefer Yūḇāl 32:21-26
48. ^ Surah An-Nisa : 32-33, Yusuf : 4-5
49. ^ Surah Yusuf : 6
50. ^ Surah Yusuf : 8-10
51. ^ Surah Yusuf : 11-12
52. ^ Surah Yusuf : 53
53. ^ Surah Yusuf : 11-14
54. ^ Surah Yusuf : 17-18
55. ^ Surah Al-Baqarah : 155-157, An-Nisa : 175, Hud :
9-11, Yusuf : 18, Yusuf : 67, Yusuf : 83, An-Nahl : 110,
Az-Zumar : 10
56. ^ Surah Yusuf : 62-68
57. ^ Surah Yusuf : 86-87
58. ^ Surah Yusuf : 93-96
59. ^ Surah Yusuf : 91-92
60. ^ Surah Yusuf : 97-98
61. ^ Surah Al-Baqarah: 180-182
62. ^ Surah Al-Baqarah : 133
64. ^ Kejadian 49:1-33
65. ^ Surah Yusuf : 24
66. ^ Surah Yusuf : 55
67. ^ Surah Shaad : 45-47, Al-An'am : 83-84, Maryam :
49-50, Al-Anbiya' : 72-73, Al-'Ankabut : 27
68. ^ Surah Al-Baqarah : 122, Al-Baqarah : 40,
Al-A'raf : 140, Al-Jatsiyah : 16
69. ^ Surah Al-Imran: 93, Maryam: 58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar